Hurt 32

3K 373 54
                                    

Pemuda itu berjalan, menatap sekilas ke dalam bus yang hampir penuh oleh orang-orang dengan tujuan yang sama. Ia mulai menyusuri deretan kursi demi kursi tidak sampai ujung, mungkin di tengah-tengah, ada satu tempat kosong tepat di bawah jendela. Untuk mencapainya ia harus mengatakan permisi dahulu karena di sisi lain kursi tersebut ada seorang wanita tua yang tampak lesu dan mengantuk. Merasa tak enak hati menarik kesadaran si wanita yang hendak pergi ke alam mimpi dan meminta maaf dengan sopan.

Yoongi menghela napas. Menyenderkan punggungnya di bantalan empuk dengan nyaman. Menengok ke arah luar, sudut bibirnya terangkat saat melihat Vernon masih berdiri di luar sana tengah menatapnya sambil melambaikan tangan, serta gerak bibir yang menyertakan doa untuknya.

Mesin telah dinyalakan, seluruh isi di dalam bus seakan terasa bergetar samar. Sekali lagi Yoongi menghela napasnya mencoba tenang. Sebentar lagi akan dimulai perjalanan. Siap tidak siap, ia harus rela meninggalkan segala kenangan entah manis, entah pahit selama ia hidup belasan tahun di jantungnya negara. Meninggalkan kesan mewah dan belajar hidup sederhana bersama nenek yang masih semangat berkebun di halaman samping rumah padahal sudah memasuki usia senja. Ya, dengan adanya Yoongi di sana nanti ia bisa sedikit membantu meringankan neneknya yang sering mengeluh sakit punggung.

Bus itu melaju meninggalkan pusat terminal dan membelah jalanan dengan kecepatan rata-rata, membaur dengan berbagai macam kendaraan lainnya. Yoongi tak berhenti memandang gedung-gedung tinggi dan pepohonan di pinggir jalan yang tampak seperti berlarian. Melesat seiring dengan kecepatan bus yang membawanya. Sampai ia menguap lebar dan menyenderkan kepalanya pada kaca. Tak berapa lama kemudian ia mengikuti jejak si wanita tua di sampingnya yang memejamkan mata.

*
"Ayah, ayah. Taehyung mau itu. Ayo, cepat ke sana, belikan Taehyung itu! Cepat, ayah nanti pedagangnya pergi!" rengek si kecil Taehyung sambil melompat-lompat kecil demi meraih tangan ayahnya yang sibuk menggendong si kecil lainnya yang lebih muda.

"Aduh-aduh, Tae. Kamu tidak lihat ayah sedang menggendong Taegi? Jangan begitu nanti adikmu jatuh, loh!"

Kedua mata yang tadinya berbinar itu kini menjadi berkaca-kaca. Taehyung kira ayahnya marah padahal tidak begitu. Itu hanya salah paham. Maklum, namanya juga anak kecil, hatinya mudah rapuh kalau mendengar kata-kata yang mengerikan. Taehyung tentu tidak mau adiknya jatuh, maka dari itu dia jadi takut.

"Ayah, Tae mau nangis, tuh?!" kali ini si kecil berkulit susu yang berkata. Ia menarik-narik kain celana ayahnya lalu menunjuk dengan jari mungilnya ke arah Taehyung. Sementara yang ditunjuk masih menahan air matanya agar tidak luruh hingga bibirnya berkedut dengan hidung merah yang kembang-kempis.

"Ya ampun, Taehyung. Kenapa menangis, hum? Kan ayah tidak marah sama Taehyung."

"Yungg~ " si kecil Taegi menatap polos dengan mata bulatnya yang berkedip-kedip lucu. Tidak tahu menahu dengan situasi yang terjadi saat itu. Lalu tiba-tiba tubuhnya diturunkan begitu saja dari gendongan sang ayah dan jari-jemarinya imutnya ditautkan dengan sang kakak.

"Nah, Taegi di sini dulu ya, sama Ungi hyung. Ayah mau mengantar Tata hyung membeli ice cream. Jangan nakal dan duduk manis di sini!" ujar Yeon Seok memberi nasihat kepada si kecil yang mengangguk saja. Entah paham atau tidak maksud perkataan sang ayah. "Lalu Yoongi, ayah minta tolong jaga Taegi sebentar saja. Mengerti?"

"Yoongi mengerti, ayah."

Kedua bocah polos itu mulanya hanya memandang langkah sang ayah yang tengah menuju ke penjual ice cream sampai-sampai Taegi mengerjap saat kedua netra bulatnya menangkap eksistensi hewan berwarna cantik yang bisa terbang.

"Yungg~ itu..." Taegi melepas tautan tangannya begitu saja dan berlari kecil demi bisa menangkap hewan yang menarik perhatiannya tanpa tahu ada bahaya di depan sana yang mengancam nyawanya.

"Taegi, berhenti! Jangan ke sana, nanti ayah marah!" Yoongi pun turut berlarian demi mengejar adiknya yang berlari ke arah danau di tengah taman itu dan....

BYURRR!
*

Seketika Yoongi membelalak lebar, menampilkan kedua manik kelamnya yang menyorotkan ketakutan yang besar. Mimpi itu terasa begitu nyata atau mungkin memang itu yang menjadi jawaban atas pertanyaannya selama ini? Taegi, mungkinkah sosok kecil di dalam mimpinya adalah adik yang dimaksud ayahnya selama ini?

Danau dan kematian, sepertinya Yoongi telah mengingat memoar masa kecilnya yang sempat terlupakan. Mungkinkah alasan kematian sang adik yang menjadikannya trauma dan melupakan semua tentang adiknya, Min Taegi? Tetapi, mengapa baru sekarang ia mengingat kepedihan itu? Mengapa?

"Nak, apa kau baru saja bermimpi buruk?"

Yoongi menoleh ke samping, wanita yang duduk di sebelahnya itu tampak khawatir dan memberinya beberapa lembar tisu. Yoongi menyentuh sebagian wajahnya. Baru sadar jika ia berkeringat sebanyak itu dan lantas segera menerima tisu itu.

"Terima kasih,"

"Sama-sama." wanita itu tersenyum dan beralih menatap ke luar jendela. "Hahh, cuaca akhir-akhir ini tidak menentu. Tadi cerah sekarang hujan." ucapnya.

Yoongi menghentikan aktifitasnya menyeka keringat. "Hujan?" gumamnya lirih. Ia menatap kaca yang telah dipenuhi tetesan dan bulir-bulir air hujan yang semakin mengingatkannya pada kepedihan. Ia menghela napasnya, merasa lelah tiba-tiba.

Sesaat kemudian, tubuhnya terasa terhuyung-huyung ke kanan dan ke kiri setelah bunyi ledakan yang membuatnya memegang erat kursi penumpang di depannya.

"Ya! Ada apa ini?"

Keadaan di dalam bus seketika ricuh dipenuhi teriakan orang-orang. Panik. Belum lagi tangisan seorang balita yang cukup kencang membuat situasi semakin mencekam. Bahkan sang pengemudi terus berteriak agar semua penumpangnya tenang karena ia sedang berusaha sebaik mungkin untuk mengendalikan laju kendaraannya yang tiba-tiba tak terkendali sebab salah satu bannya pecah ditambah pula oleh jalanan yang licin.

Bus semakin tidak terkendali dan dalam sekejap semuanya berantakan. Kendaraan yang mengangkut puluhan orang itu oleng. Pecahan kaca berserakan di mana-mana dan melukai para penumpang di dalamnya. Teriakan demi teriakan serta rintihan kesakitan itu memenuhi indera pendengaran bagi siapapun yang masih utuh kesadarannya. Tak terkecuali dengan Yoongi yang baru bisa mendengar suaranya sendiri setelah tertahan selama beberapa detik sebelum akhirnya ia meloloskan sebuah erangan.

"Arghhh, hah...hh...hh.."

Yoongi sungguh tidak tahu letak pasti di mana lukanya. Semua tampak gelap, ia hanya mampu mendengar rintihan di sekitarnya dan merasakan perih juga sakit yang teramat sangat di salah satu bagian tubuhnya. Payah, rasanya ia sudah tak mampu lagi bernapas. Terlalu sesak untuk menghirup udara dengan air hujan yang terus mengguyur tubuhnya.

"Yoongi takut, ibu..."

Inikah rasanya dijemput kematian?

[10 Agustus 2020]

Guyss, perasaan aku pernah bilang mau tamatin nih cerita, tapi nggak tau makin ke sini aku jabarin lagi makin nggak kelar-kelar jadinya, huftt~😅

Oh iya, kalian yang semangat yaa jalani hari-harinya😇 Jaga kesehatan, makan dan olahraga yang teratur, jangan sampai sakit pokoknya, okay?!👍👍

Jumpa lagi di chapter 33😉💜

Love Myself [MYG] ✔Where stories live. Discover now