Hurt 07

3.3K 363 38
                                    

Bagi Yoongi suasana di ruang BK tidak begitu mencekam dan menegangkan seperti yang kebanyakan siswa katakan ketika mereka, para siswa bermasalah harus dihadapkan dengan tatapan tajam dari guru Kim dan amarah orang tua yang mengetahui perbuatan anaknya yang melanggar peraturan sekolah.

Saat ini semua terasa normal dan berjalan apa adanya. Meski sesekali ayahnya yang kini duduk di sampingnya beberapa kali ketahuan lepas kendali hendak melayangkan pukulan. Tapi sejauh ini Yoongi masih tenang dengan sikap acuhnya.

"Pihak sekolah masih memberi toleransi atas pelanggaran yang Yoongi lakukan. Akan tetapi jika hal ini terulang kembali maka sekolah akan bertindak lebih tegas dengan memberinya skorsing selama satu minggu sebagai peringatan satu."

Penjelasan yang guru Kim berikan membuat Yeon Seok mengumpat di dalam hati. Jari-jemarinya bahkan telah mengepal erat. Yeon Seok masih cukup sadar di mana dia berada sekarang, karenanya tidak mungkin baginya sampai hasrat menampar anaknya terjadi di depan seorang guru. Alhasil pria itu hanya menghela napas kasar.

Yoongi tersenyum sinis. Dia tahu ayahnya sibuk mengendalikan diri. Seharusnya dia bersyukur ayahnya tidak sampai hati melakukan kekerasan fisik padanya, tapi tidak dengan sang ayah yang bahkan enggan menatap wajahnya. Yoongi tidak suka itu, dia merasa tidak dipedulikan lagi.

"Saya benar-benar minta maaf atas perilaku Yoongi selama di sekolah. Saya terlalu sibuk bekerja jadi kurang memperhatikan perkembangannya. Maka dari itu saya meminta bantuan dari pihak sekolah untuk mendidik Yoongi menjadi siswa yang lebih baik lagi. Semuanya saya serahkan kepada pihak sekolah terlepas dari apa yang diperbuatnya ke depan. Mohon kerjasamanya!"

Dalam hati Yoongi mengumpat, dia benci pencitraan. Toh, bukannya selama ini ayahnya memang tidak pernah memperhatikannnya. Sibuk bekerja tapi buktinya ayahnya selalu bisa memperhatikan kembarannya, meluangkan waktu sebanyak yang ayahnya suka.

Yoongi undur diri, tidak betah jika harus berlama-lama dalam satu ruangan yang justru membuatnya tambah sesak. Tidak peduli dengan guru Kim yang mencoba menahannya dan sang ayah yang mengatainya tidak sopan.

Kalau boleh meminta, Yoongi ingin menghilang saja dari dunia. Yoongi ada namun terasa tidak ada. Bukankah rasanya sangat menyakitkan?

Tapi Yoongi sadar, masih ada yang membutuhkannya. Taehyung, yang sering berkeluh kesah padanya. Yoongi tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kembarannya jika dia kehilangan Yoongi sebagai sandarannya.

Yoongi bergegas menuju ke kelasnya, saat itu jam pelajaran masih belum juga dimulai dan dia pikir sampai nanti akan tetap seperti ini membuatnya sesuka hati masuk tanpa mengetuk pintu dan mengambil tas sekolahnya dengan asal.

"Kau mau kemana, Yoon?"

Yoongi menghela napasnya ketika langkah kakinya terhenti oleh suara khas Taehyung.

"Di sini membosankan, aku pergi. Kau baik-baik di sini. Jangan pulang sebelum dijemput atau kau bisa pulang dengan ayah. Sepertinya dia nanti ke sini menemuimu." entahlah benar atau tidaknya tapi sepanjang yang Yoongi ingat tebakannya biasanya selalu terjadi.

"Kau mau membolos?" tanya Taehyung.

Yoongi tidak membalas dan justru berjalan ke belakang kelas. Berbicara dengan Jeonghan, memperingatkan anak itu untuk tidak macam-macam pada Taehyung sekaligus mengingatkan Sungjae untuk menepati janjinya. Setelahnya Yoongi berlalu.

"Apa telah terjadi sesuatu?" gumam Taehyung yang kemudian mengendikkan bahunya.

"Yoon, tunggu!" teriak Taehyung. Dia menyambar tas sekolahnya dan berlari mengejar Yoongi.

"Heh, benar tidak bisa diduga! Min Taehyung yang katanya seorang siswa berprestasi dan tidak memiliki catatan pelanggaran di sekolah, kini sekarang memperlihatkan siapa dia sebenarnya! Sudah berani membolos, huh?!"

Love Myself [MYG] ✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora