Hurt 22

2.8K 371 33
                                    

Yoongi memandang pantulan wajahnya di cermin. Menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan separah apa bekas pukulan yang menyisakan pengar untuknya. Yoongi menghela napas saat melihat beberapa titik keunguan telah menodai ketampanannya.

Kedua tangan yang sejak tadi bertumpu pada wastafel kamar mandi beralih mengambil sebuah handuk berisi es batu yang ada di dalam baskom. Perlahan dia menekannya ke sisi wajah yang sedikit bengkak. Sesekali meringis saat sensasi dingin membuat kulitnya berkedut nyeri dan perih. Terlebih sudut bibirnya robek, rasa-rasanya Yoongi tidak akan sanggup membuka mulutnya lebih dari satu senti.

Ah, sialan.

Tahu begini lebih baik Yoongi tinggal di kolong jembatan saja. Percuma juga pulang jika akhirnya hanya kekerasan yang dia dapatkan. Padahal saat itu kondisinya terbilang masih cukup lemas, baru saja keluar dari rumah sakit. Ingin istirahat tapi ayah keburu datang membawa segudang amarah.

Brak!

Yoongi terlonjak kaget saat pintu kamarnya dibuka paksa. Seorang pria mengenakan setelan jas hitam melenggang masuk dengan rahang yang mengeras. Napasnya memburu dua kali lipat dengan tatapan mata yang berkilat-kilat dan saat Yoongi melirik ke sisi bawah, dua tangan ayahnya sudah terkepal dengan erat membuatnya menahan takut setengah mati.

"A-ayah," seketika Yoongi panik saat langkah lebar ayahnya semakin mengikis jarak di antara mereka. Dia bahkan sempat melompat dari kasur hanya untuk menghindari amukan ayahnya, akan tetapi pria itu cenderung cepat dan membuat Yoongi terpojok di sudut kamar.

Tanpa aba-aba satu kepalan kuat melayang di udara dan mendarat tepat di wajah Yoongi hingga membuat sudut bibirnya terluka dan mengalirkan darah segar.

"Brengsek! Anak sialan, tidak tahu diuntung! Sebenarnya apa maumu, hah?" teriak Yeon Seok menatap nyalang pada putranya sendiri yang berusaha bangkit dari jatuhnya.

"Ayah, a-aku bisa jelaskan. Aku tidak bermaksud membolos lagi." cicit Yoongi, entah kenapa hari ini dia tidak memiliki keberanian sedikit pun untuk melawan ayahnya.

"Kau benar-benar memalukan, Yoongi."

Dan lagi, pemuda pucat itu harus tersungkur ke lantai setelah kepalanya sempat menghantam dinding karena tamparan ayahnya. Yeon Seok benar-benar telah dibutakan oleh kemarahannya hingga tidak menyadari jika pelipis Yoongi telah berdarah. Pria itu terus saja menghakimi Yoongi tanpa ampun, tanpa ingin mendengar penjelasan dari pemuda yang tengah merintih kesakitan.

"Ayah, sungguh. Tolong dengarkan aku kali ini saja. Aku tidak berbohong."

"Percuma, aku sudah terlalu hafal dengan sifat burukmu itu. Kau pikir kau bisa membodohiku, huh? Sialan. Dasar pemalas. Kalau kau sudah bosan sekolah bilang saja biar aku tidak perlu repot-repot membuang banyak uang untuk keperluanmu di sana."

"Ayah-"

"Apa?! Kau mau apa?"

Yoongi tampak kewalahan menghadapi ayahnya yang murka. Tubuhnya yang lemas mendadak kebas dan linu di beberapa tempat. Terutama dibagian wajah yang dia yakini sudah bengkak sebagian. Belum lagi rasa menghimpit yang membuatnya sesekali terbatuk.

"Sudah ... tolong hentikan. Ini sakit, ayah." lirihnya.

"Sakit? Asal kau tahu Yoongi, ini tidak sebanding dengan ulahmu yang telah mempermalukanku berkali-kali di hadapan kepala sekolah."

Ayolah, apa Yeon Seok tidak kasihan dengan anaknya sendiri? Terduduk lemas dengan napas putus-putus, wajah pucat pasi dengan bulir-bulir keringat akibat menahan sakit pada tubuhnya yang seakan remuk luar dalam.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuat ayah malu. Sungguh."

Yoongi sudah sangat pasrah jika ayahnya kembali bertindak lebih parah. Lagipula bagaimana pun dia mencoba berbicara, dengan gamblang sekali pun sesuai fakta, ayahnya tetap tidak akan mempercayainya.

Love Myself [MYG] ✔Where stories live. Discover now