Hurt 18

2.9K 317 34
                                    

Yoongi mengejar langkah Taehyung yang keluar kelas duluan setelah bel pulang berdering lantang. Dengan lembut dia meraih pundak sang adik dan membalikkan badannya secara perlahan.

"Tae, kau tidak sungguh-sungguh menerima ajakannya bukan? Kau hanya menjawab asal supaya Jeonghan berhenti bicara, iya kan?" tanya Yoongi.

Pemuda itu menatap lekat mata adiknya yang tidak lagi sama. Pendar mata yang dulu selalu menatapnya dengan hangat kini hanya dingin dan kehampaan yang Yoongi temukan. Hilang, Yoongi telah kehilangan harapannya. Adiknya benar-benar telah menumbuhkan benih kebencian terhadapnya.

"Tae, jawab aku!"

Taehyung mendengus kasar. Dia menatap saudaranya tanpa minat dan lantas berkata, "Bukan urusanmu!"

Entah apa yang sudah Taehyung telan hari ini hingga rasanya perkataan yang dia lontarkan cukup dingin dan menohok. Bahkan dia sendiri sedikit kaget, bagaimana dia tiba-tiba bisa mengucapkan dua kata yang membuat Yoongi seketika mematung.

Tangan yang semula mencekal erat lengan Taehyung lantas mengendur kemudian jatuh ke sisi tubuh sang empunya. Yoongi mengerjapkan kedua matanya yang tiba-tiba terasa panas dan lantas tertawa sumbang.

"Ya, kau benar. Ini memang bukan urusanku dan tidak seharusnya aku mencampuri urusanmu. Aku tidak punya hak untuk mengatur hidupmu, benar kan? Tapi, Tae ... Jeonghan bukan teman yang baik untukmu."

Taehyung menggeleng kepala dengan sebuah senyuman kecil yang menghias wajahnya. "Sudahlah, aku mau pulang."

"Tae! Taehyung!" panggil Yoongi saat Taehyung mulai menjauh darinya dan masuk ke dalam mobil yang kemudian melaju membelah jalanan.

Pemuda itu menghela napasnya. Dia memang keras kepala, tapi Adiknya jauh lebih kepala batu ketimbang dirinya. Itu cukup menyulitkan dirinya ketika Taehyung tidak mau mendengarnya. Yah, tidak ada cara lain selain mengawasi Taehyung dari jarak jauh. Seburuk apapun hubungan mereka, Yoongi tidak akan pernah membiarkan Taehyung-nya terluka.

Yoongi berjalan menuju halte yang tidak jauh dari sekolahnya. Hari ini dia ada janji bertemu seseorang yang katanya akan membantu dirinya keluar dari lingkaran hitam yang merusak hidupnya.

Sebenarnya Yoongi tidak ingin pergi. Tapi berhubung janji harus ditepati, mau tidak mau dia harus menemui orang itu jika tidak ingin pamannya mengeluarkan urat-urat leher yang mengerikan.

Setelah menunggu kurang lebih lima belas menit, akhirnya bus yang akan mengantar Yoongi ke tempat tujuan menepi di tempat pemberhentian. Pemuda itu langsung masuk ke dalam bus dan menempelkan sebuah kartu pada mesin bus untuk membayar ongkosnya. Kemudian dia mengambil tempat paling belakang dekat dengan pintu keluar bus.

Selama perjalanan, Yoongi menyumpal kedua telinganya dengan airpods. Irisnya menilik ke pemandangan luar yang bergerak cepat karena bus yang ditumpanginya melaju di kecepatan rata-rata.

Dan kini Yoongi telah menjejakkan sepatunya di wilayah yang sangat amat luas. Sebuah bangunan yang besar dan berdiri kokoh sudah tampak di pelupuk matanya. Tinggal melangkah ke depan dan mulai menjelajah setiap lorong yang tidak pernah sepi orang.

Bau karbol seketika menyeruak ke dalam hidungnya saat Yoongi beberapa langkah lagi mencapai pintu kaca yang otomatis terbuka saat sebuah brankar berisi seorang laki-laki dengan luka parah di dorong cepat oleh beberapa perawat. Sungguh pemandangan yang mengerikan.

Bergelung sekian lama dengan pikirannya, seseorang datang menepuk bahunya agak kencang dam membuat kesadaran Yoongi pulih kembali dengan keterkejutan yang luar biasa.

"Astaga, paman ingin membuatku mati muda ya?!"

Kang Soo terkekeh mendengar perkataan Yoongi. Salah siapa berdiam diri seperti patung hingga menjadi tatapan orang-orang yang berlalu lalang. "Ah, maaf-maaf. Lagian paman panggil tidak kunjung menyahut, sih. Kenapa?"

Love Myself [MYG] ✔Where stories live. Discover now