Hurt 25

2.8K 327 16
                                    

"Sedang memikirkan sesuatu?"

Tiba-tiba saja Vernon datang membawa sebuah kursi kayu yang entah diambilnya dari mana. Meletakkannya pas di dekat tembok pembatas rooftop sekolah dan menempatinya dengan kedua kaki yang menjulur saling tumpang tindih di atas tembok yang tingginya tidak lebih dari sebatas pinggang.

Kebetulan hari ini sekolah usai lebih awal entah karena apa, mungkin kepala yayasan pendiri sekolah sedang ingin mengadakan rapat penting dengan para staf dan guru yang tidak bisa diganggu gugat. Jadi, semua murid dipulangkan. Akan tetapi, Yoongi dan Vernon memilih menghabiskan waktunya di atap sekolah.

Hal yang lebih menyebalkan dari terik matahari pada siang itu adalah Vernon dengan tidak tahu dirinya mengeluarkan sebatang rokok dan pematik dari dalam saku dadanya hingga detik berikutnya kepulan asap karbon yang agak menyengat itu membumbung ke udara.

Yoongi sempat terbatuk-batuk, sejak dulu saluran pernapasannya memang tidak pernah bersahabat dengan asap rokok. Itulah mengapa dia memilih menjauh dari Vernon dengan muka masam tentunya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Yoon. Ada apa?"

Yoongi menggeleng kecil kepalanya lalu menatap lamat pada Vernon yang masih asik dengan kegiatannya. "Aku lebih tertarik dengan pertanyaan yang muncul di pikiranku. Apa ibumu tahu tentang kebiasaanmu ini?"

"Jika kubilang tidak, apa kau akan mengadukan aku pada ibuku?" tanya Vernon yang hanya mendapat endikan bahu dari Yoongi. Dia pun lantas menghela napasnya.

"Aku yakin jika ibuku tahu hal ini, dia pasti akan sangat kecewa padaku. Yah, meski aku pun tidak memungkiri jika sebenarnya ibuku sudah tahu sejak dulu. Dia seorang dokter, sangat mudah mengetahui ciri-ciri seorang perokok, tapi dia memilih diam daripada menegurku dan menghukumku. Karena itulah aku semakin merasa bersalah padanya."

"Lantas kenapa kau tidak berhenti jika merasa bersalah?" tanya Yoongi.

"Aku sedang berusaha, Yoon. Tapi tidak pernah berhasil meski aku sudah mencoba mengurangi jumlah per harinya. Tetap saja kapan pun pikiranku mulai bercabang aku akan selalu membutuhkan benda sialan ini. Hanya ini yang bisa membuatku tenang, membebaskan rasa bersalah dalam diri atas kematian kakakku setahun silam." jelas Vernon. Tatapannya menyendu pun dadanya terasa sangat sesak hingga dia ingin menangis saat itu juga ketika memori lamanya kembali melintas dalam benak.

"Aku ... tanpa sadar sikap manja dan keras kepalaku telah menjadi penyebab kematian kakakku. Bodohnya, aku baru mengetahui tiga hari setelah pemakaman saat aku masuk ke dalam kamarnya dan tidak sengaja menemukan sebuah diary, tempat kakakku mencurahkan segala rasa sakit yang selalu dia terima karena keegoisanku. Aku memang adik yang tidak tahu diri dan sekarang pun aku juga telah menyakiti perasaan ibu dan ayahku karena benda sialan ini."

Yoongi menatap gurat kesal bercampur penyesalan dari lawn bicaranya itu. Dia sendiri merasa kasihan terhadap Vernon. Yoongi tahu bagaimana rasanya ketika seseorang telah candu terhadap sesuatu, akan sulit untuk menghentikannya. Namun, bagi Yoongi kasus Vernon ini agak berbeda dengan masalah rumit dalam dirinya.

"Kalau begitu buang saja sekarang dan belajar berhenti merokok! Dengan begitu kau tidak akan menyakiti kedua orang tuamu lagi. Atau perlu aku bantu untuk membuangnya?" ujar Yoongi sambil menengadahkan tangannya bermaksud meminta rokok dan pematik yang menjadi teman hidup Vernon untuk dia buang kemudian.

Akan tetapi Vernon justru terlihat berpikir keras sebelum mencetuskan sebuah kalimat yang memang sudah mengganggu pikirannya beberapa minggu yang lalu.

"Ide yang bagus, aku akan membuang ini seperti saranmu dan aku akan berhenti merokok, tapi setelah kau menyetujui permintaanku, bagaimana?"

"Baiklah, aku setuju." kata Yoongi tanpa ragu bahkan curiga sedikit pun. Hingga kalimat yang Vernon lontarkan membuat seluruh urat-urat tubuhnya menegang seketika.

Love Myself [MYG] ✔Where stories live. Discover now