Part_15 Berjuang

8.6K 685 32
                                    

Happy Reading;)
***

Gadis itu tak henti-hentinya tersenyum. Bibir mungilnya juga bersenandung ria menikmati indahnya pagi. Burung-burung berkicauan seakan tau betapa gembiranya gadis yang saat ini sedang menelusuri koridor sekolah.

Ara memasuki kelasnya dengan gembira tadi pagi ia sengaja meninggalkan Morgan yang masih tidur Ara juga menyempatkan diri membasahi baju sekolah Morgan. Jahil memang.

Seperti hari-hari sebelumnya Ara memasukkan sekotak nasi goreng ke laci Ari. Ara tersenyum mengingat perkataan Ari tempo hari itu, apa Ari sudah mulai mencintainya?

Ara kembali bersenandung ria ia lalu keluar dari kelas yang masih sepi serem juga jika ia sendiri di kelas ini.

"Ara!" Ara tersentak ketika seseorang menepuk bahunya dengan keras.

"Kak Bian kok hoby banget sih nepuk bahu Ara!" ketus Ara sedangkan Bian hanya terkekeh pelan lalu mengelus pelan rambut Ara.

"Hoby gue itu mencintai Caramel Aditya !" ucap Juna terkekeh dengan pelam.

"Hai Ara," sapa Gibran tersenyum sangat lebar ke Ara.

"Hai juga kak Gibran, kak Arkan dan yang lainnya." Ara tersenyum lalu menyalimi mereka satu persatu.

"Kata bunda kalau kita ketemu sama orang yang lebih tua harus salam."Ara tersenyum lalu menyalimi Bian juga.

"Tapi kok kemaren enggak Ra?" tanya Arkan.

"Soalnya Ara lupa. Kalau Ara lupa ingetin ya," pinta Ara tersenyum.

Bian tertawa pelan, Ara sangatlah polos pantas saja dirinya dari dulu menyukai Ara tanpa melihat fisiknya.

"Yaudah Ra, gue ke kantin dulu ya, mau ikut gak?" tanya Bian.

"Enggak deh soalnya Ara mau ke toilet dulu babay." Ara tersenyum lalu bersenandung ria.

Langkah Ara terhenti saat seseorang menarik lengannya ke dalam gudang yang sudah tak terpakai. Mata Ara menatap beberapa gadis yang sedang berdiri di hadapannya. Sesampai di gudang tadi tiba-tiba saja tubuh Ara di hempas lalu salah satu di antara mereka mengunci pintu itu.

"Kalian siapa?" tanya Ara mengerjapkan matanya.

"Lo gak usah sok polos," ucap seseorang lalu mengcengkram rambut Ara hingga beberapa helai rambut Ara terjatuh ke lantai.

Tak sadar dengan Air mata Ara yang mulai turun membanjiri pipinya. Ara menangis sesegukan tak mampu menahan rasa sakit yang menjalar di kepalanya akibat tarikan seseorang yang ada dihadapan Ara.

Ara tak mengetahui siapa mereka yang Ara tau mereka adalah kakak kelas Ara.

"Ara salah apa sama kakak?" tanya Ara dengan air mata yang masih setia membanjiri pipinya.

Gadis yang ada di hadapan Ara hanya tertawa sinis lalu kembali mengcengkram rambut Ara dengan kasar.

"Lo tau apa kesalahan lo?" tanya gadis itu lagi. Ara tak sengaja melihat name tag yang berada di lambang baju gadis itu. Clara Andipta.

"Ara gak tau kak," jelas Ara.

"Lo udah rebut Bian dari gue!" teriak Clara lalu menyirami tubuh Ara dengan air sampah yang sudah sangat membusuk.

Ari dan Ara (REPOST)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora