// double date

Comincia dall'inizio
                                    

"Gak mau di cap posesif."

Arden menggeleng kepala, menarikku dalam dekapannya, "Nggak sayang, sini jujur saling terbuka,"

Aku menghela panjang, haruskah aku jujur? Bahkan dua hari berlalu juga Arden tidak bercerita mengenai kejadian itu. "Aku liat Raven dirumah kamu, terus juga liat dia meluk kamu sambil nangis,"

"Terus kamu cemburu?"

"Menurut kamu aja."

"Tapi kok baru marahnya sekarang kemaren tetep biasa aja?"

"Kan dibilang aku tahan,"

Arden terdengar menghela gusar, ia membenarkan duduknya dan menarikku dalam dekapannya lalu mengusap kepalaku. "Dia kemarin cerita sama aku kalau mau cerai tapi belum tau jadi apa enggak karena masih kecil anaknya, dia juga jelasin lebih detail gimana dia bisa terima lamaran itu sampai berniat mau cerai," Percayalah jantungku berdetak kencang mendengar ucapan Arden, semua pemikiran Arden akan meninggalkanku dan balik dengan Raven sudah terputar di otakku. "Te-terus? Inti dari kunjungan dia?"

"Dia mau jalin hubungan baik aja sama aku, udah kok nggak ngajak balikan atau apa. Dia lagi butuh tempat nyaman aja maksudnya tempat dia bisa bersuara,"

"Terus kenapa di mobil kamu bilang sayang ke aku tiba-tiba?"

"Aku mau yakinin kamu kalo kita baik-baik aja dan aku tetap sayang sama kamu,"

"Kenapa gak cerita aja?"

"Aku masih mikirin kata-kata Raven Anna,"

Aku tidak bisa berkata-kata saat itu juga aku layaknya Arden saat di mobil, menelan kenyataan yang sedang terjadi. Aku tidak tau apa yang Arden pikirkan bahkan pikiranku sekarang ini berbeda dengan Arden. Dia bertemu cinta pertamanya, lalu aku mendapat kenyataan cinta pertama Arden kembali lagi ke kehidupannya.

"Udah gak usah dipikirin, kita ngedate aja yuk senin?"

"Hah?"

"Iyaaa, ayoo! Sibuk gak? Kamu kan Bu Boss,"

Dan disitulah pemikiran randomku kembali. Tau apa yang kupikirkan? Pasti enggak tau. Mau kukasih tau? Kepo kan? Heheh... aku berpikir untuk double date dengan Gaffriel. Jangan tanya kenapa aku mempunyai pemikiran itu.

"SEBENTAR!" Teriakku segera bangun dari sofa meraih ponselku dan tanpa ba-bi-bu menelpon Gaffriel saat itu juga. "Hah? Ngapain kamu?" Tanya Arden sudah pasti bingung dengan tingkah lakuku.

"Hah?" Sahut dari ujung sana lagi-lagi sudah menyebalkan, tapi tak apa.

"Friel! Udah pernah ngedate belum sama yang anak UI? Siapa sih namanya?"

"Kepo banget ah." Sahutnya cepat.

Wah memang kurang ajar anak ini lama-lama ya, padahal niatku baik. "Serius apa jawab yang bener,"

"Emang kenapa? Mau bayarin date gue?"

"Gila lo ogah banget. Gue mau ngajak double date, ayoo!"

"Idih kayak bocah SD aja, gak ah ogah,"

"Iiih, ayoo! Biar seru Gaf jadi gak kaku lo nya,"

"Apaan dah, sok tau lo ah,"

"Frieeel! Ayooo sekali ini, ya, ya? Biar gemoy,"

"Yang bener aja dulu manggil gue, ya Gaf, ya Friel gak jelas."

"Biarin ah, ayoo ikut ya pokoknya senin harus ikut."

"Nggak."

"Iya."

Metanoia Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora