Senja tebak, itu tidak akan bisa. Sebelum didekati bapaknya pasti sudah akan menendang Pak Naga menjauh. Kalau itu terjadi, mereka putus sebelum berlayar dong.

Tidak boleh terjadi pokoknya! Senja kan belum merasakan masa-masa punya pacar, masa harus kandas secepat ini.

Gadis itu meremas roknya bingung, dirinya saat ini sedang bersembunyi di balik tembok rumahnya. Senja tak mungkin menampakkan diri di depan keduanya, bisa kena libas sekali tatap nantinya.

Ia memejamkan matanya mengehela napasnya, menyandarkan tubuhnya di tembok dengan pelan. Ia mencoba menyusun strategi mumpuni agar bapaknya tidak menendang Pak Naga sungguhan.

"Kedatangan saya ke sini untuk menjemput Senja, Pak. Apa Senja-nya ada?"

Sabar Senja, sabar. Pak Naga kan orangnya memang tidak peka. Tidak peka kalau sedang menuangkan solar ke atas bara api yang menyala.

"Untuk apa kamu menjemput anak saya? Dia bukan balita ataupun anak SD yang butuh pendamping lagi?"

Tuh, 'kan. Sudah Senja bilang, bapaknya itu tidak suka kalau ada laki-laki yang mendekatinya. Apalagi di saat dirinya masih SMK begini.

"Saya kekasihnya, Pak."

Wadaw! Senja menjerit tertahan. Pak Naga benar-benar deh, tidak mengetahui situasi dan kondisinya bagaimana. Bapaknya sedang dalam mode emosi tingkat menengah, kenapa Pak Naga memperparah emosi bapaknya?

Senja mengintip bagaimana reaksi bapaknya ini, semoga bom emosi tidak meletup saat ini. Bahaya nanti.

"Kekasih? Memang kamu punya apa? Kenapa berani sekali menjadikan anak saya sebagai pacar kamu? Duit masih minta orang tua saja sudah berani-beraninya kamu memacari anak saya! Cari uang yang benar dulu sana baru pacaran," ketus Bapaknya.

Duh, benar-benar bahaya ini. Bapaknya benar-benar sudah emosi dengan nada ramahnya yang berubah ketus begini. Pasti bapaknya tidak sadar kalau Pak Naga itu sudah mapan orangnya, karena pria itu mengenakan setelan casual-nya. Pasti bapaknya berpikir kalau dirinya memacari orang yang baru lulus sekolah.

Hmm ... semoga saja Pak Naga mengalah dan tidak menjabarkan siapa dirinya sebenarnya. Semoga saja.

"Sebelumnya, saya mohon maaf, Pak. Saya sudah bekerja dan memiliki penghasilan yang cukup untuk menjadi kekasih putri Anda. Kalau seandainya Senja sudah cukup umur saya akan menikahinya, tetapi saat ini dia masih belum cukup umur ... karena itu saya memutuskan untuk menjadikan Senja kekasih saya. Untuk finansial, Bapak tidak usah khawatir. Saya memiliki tabungan yang cukup untuk menghidupi Senja nanti."

Tarik napas, Pak Naga memang tidak bisa diharapakan untuk menjadi orang yang peka. Pria itu terlalu luar biasa.

Semoga saja bapaknya tidak tambah murka, semoga saja.

Ya Tuhan, tolong selamatkan kisah cinta hambamu ini.

"Memangnya pekerjaan kamu apa?"

Bapaknya memang seperti wartawan yang suka mengupas sesuatu dengan tuntas. Kalau belum mendapatkan jawaban yang memuaskan bapaknya tidak akan berhenti. Maklumlah, bapaknya memang mantan wartawan di salah satu stasiun TV di daerahnya.

Naga Senja (Segera Terbit) Where stories live. Discover now