10. Wrong

6.7K 465 64
                                    

"Tidak ada yang berubah. Kamu tetap kamu, dan aku tetap aku."

--Realitanya--

•••♥•••

Jam enam tet, anak sekolahan sudah ready go to school. Itu biasanya, kalau Senja—jam delapan lebih ia baru saja selesai siap-siap menuju kampusnya. Hari ini jadwal kuliahnya mulai pukul sembilan pagi, dan akan berakhir jam dua siang.

Senja sekarang masih santai-santai di dapur Budhe Asih sambil nyemil roti selai cokelat yang Budhe Asih buatkan tadi pagi untuk sarapan mereka. Senja tidak makan tadi pagi. Dia melewatkan sarapan karena bangun kesiangan dan berakhirlah Senja makan rotinya baru sekarang.

"Udah siap, Ja?" Claris tiba-tiba muncul dengan piyama bergambar bulan persis punyanya Ipin di kartun Upin dan Ipin. Claris memang suka sangat dengan dua anak kecil berkepala botak itu, sampai-sampai couple-an sama mereka.

"Tinggal habisin sarapan aja nih. Tumben kamu mau keluar dari tempat keramat, padahal kamu kuliahnya mulai jam satu?"

Jadwal kuliah Claris hari ini memang siang menjelang sore, beda dengan Senja yang pagi menjelang siang. Anak kuliahan emang jadwalnya tidak menentu, ada enaknya ada juga yang tidak. Relatif seimbang antara enak dan tidaknya.

"Di kamar sinyalnya buruk, makanya gue keluar. Di dapur biasanya Wi-Fi samping sana kenceng abis," kata Claris tanpa beban.

Senja memutar bola matanya malas, Claris memang sudah biasanya nyolong Wi-Fi  tetangga yang gratis dan sinyalnya oke abis, 24 jam nonstop lagi. Wi-Fi-nya tidak di-password pula, emang teramat kaya tetangga samping rumahnya itu.

"Tobat lah, Ris. Masa tiap hari nggak modal, nyolong Wi-Fi Om Ardi mulu. Beli kuota data sendiri, 'kan, bisa," sarannya baik. Menggunakan milik orang lain secara terus-menerus kan tidak baik apalagi cuma diam-diam aja, kasihan sama yang punya.

"Kalau uang bulanan gue lebih gue pasti beli kuota datanya. Tapi, ini akhir bulan, Ja. Emak di rumah belum transfer uangnya. Gue mau makan apa, kalau uangnya buat beli kuota?"

Sebagai anak kuliahan, tentu mereka harus pandai mengatur sesuatu sekaligus pintar memanfaatkan sekecil apa pun peluang yang ada. Seperti ini contohnya ... punya tetangga baik hati,  punya Wi-Fi, tidak di-password ya harus dimanfaatkan. Apalagi dompetnya menipis karena banyak pengeluaran.

"Ya udah, terserah kamu saja." Senja mengambil tasnya, "aku berangkat dulu, rumah tolong dijagain," pamitnya.

Claris mengacungkan jempolnya dengan mata yang terus menatap ponsel miliknya. Memang lagi seru-serunya tuh anak, entah membuka apa.

Senja berjalan biasa keluar dari dalam rumah budhe-nya. Budhe Asih pagi-pagi begini udah ke pasar buat beli kebutuhan bulanan mereka. Budhe Asih memang Ibu Kos yang baik, Budhe Asih mau merawatnya dan Claris dengan baik juga sepenuh hati. Walaupun Budhe Asih adalah kakak ibunya, Senja tetap membayar apa yang selama ini Budhe Asih berikan padanya.

Di luar rumah masih sangat sepi, mungkin dikarenakan hari ini bukan weekend sehingga kebanyakan orang sedang bekerja atau melakukan aktivitas rutin lainnya. Tampaknya, hanya Claris saja yang masih santai-santai dengan piyama dan ponselnya.

Naga Senja (Segera Terbit) Where stories live. Discover now