19. Back to Campus

5.9K 366 15
                                    

"Secara tak langsung, lisanmu menyakitiku."

•••♥•••

Empat hari lima malam dirawat di rumah sakit telah berlalu. Sejak kemarin malam, dirinya sudah bisa menginjakkan kaki di kosan-kosan tercinta. Dirawat di rumah sakit selama itu sangatlah menyiksa batinnya. Senja tak bisa melakukan hal yang disukainya, melainkan hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa.

Senja yang anaknya tidak bisa diam suka sekali bergerak, membuat tujuan di rumah sakit adalah untuk menenangkan hati dan pikiran malah terbalik. Senja merasa tersiksa, selain rasa sakitnya yang tidak ada ampunnya. Senja juga tidak suka diperintah untuk diam saja, maunya Senja melakukan apa saja yang bisa dibuatnya. Akibatnya, jari jemarinya membengkak akibat aliran darah yang tersumbat. Itu karena Senja suka menggerakkan tangannya yang diinfus, jadinya ya begini. Tangannya bengkak, tak ramping lagi.

"Mbak ngapain lihatin jarinya mulu? Bagus ya bengkak gitu?"

"Bukan," balas Senja cepat sebelum Claris sempat mengejeknya lagi. "Masa udah aku kompres air hangat sesuai anjuran perawatnya, tangannya enggak balik lagi. Aku kan nggak mau punya jari tangan sebesar ini."

Claris merapatkan tubuhnya pada Senja, meraih jemari Senja yang memang lebih besar daripada yang sebelahnya. "Baru sehari juga, Ja. Besok udah kempes gue rasa. Nggak usah terlalu dipikirkan, mau lo gede kayak babon atau langsing kayak Miss Universe. Tetap aja, nggak ada yang suka sama lo."

Senja berdecak, melayangkan pukulan yang melayang mulus mengenai kepala gadis itu. "Suka banget kamu hina aku, Ris. Gini-gini, ada yang bucin sama aku tahu!"

"Si Ardo itu. Gue udah tahu kalau yang itu. Walaupun tuh cowok kualitasnya oke dan sesuai kualifikasi. Lo nggak mau kan sama dia. Jadi, sama aja nggak ada yang mau. Lo belum sold out artinya."

"Bisa aja kamu." Senja memutar bola matanya malas. Ia jadi teringat dengan Ed atau Edward O'brien itu. Senja menutup mulutnya, sepertinya akan menjadi balasan yang bagus untuk gadis jahil seperti Claris. "Ris, aku punya berita hangat buat kamu. Mau dengar?"

"Berita hangat apa? Boleh aja, yang penting bermutu dan nggak murahan."

Senja mengangkat jempolnya, "Tenang aja! Ini bermutu dan berkualitas ekspor."

"Buruan!" Claris semakin penasaran saja mendengar berita yang Senja maksud.

"Oh, oke." Senja menghela napas dalam, "kamu kenal Edward O'brien, 'kan? Berita ini tentang dia."

"Kenal lah! Ed kan idola gue garis keras!"

"Gini, Ris. Kemarin Ed jenguk aku tahu, dia bawain aku bunga sama coklat. Aku juga nggak tahu kenapa Ed bisa tahu kalau aku sakit dan dirawat. Dia bilang tahu dari temannya."

"Lho kok bisa? Gue aja nggak pernah digituin sama Ed. Padahal yang lempar pesona kan gue."

"Ya aku nggak tahu. Tapi, aku tetap terima bunga sama coklatnya. Aku taruh di tas masih utuh, mungkin bunganya aja yang layu." Senja menahan senyumnya, Claris terlihat kecewa dan iri. "Buka aja tas aku, kamu pasti tahu itu bohong apa enggaknya."

Claris bergegas mengambil tas Senja, mengeluarkan seluruh isinya agar dirinya bisa melihat coklat dan bunga pemberian Ed.

Naga Senja (Segera Terbit) Where stories live. Discover now