24. Suara Hati

5.6K 371 33
                                    

"Berjuang tidak semudah itu, apalagi orang yang kita perjuangkan sama sekali tidak melihat kita. Itu sama dengan sia-sia. Lebih baik aku mundur saja, daripada semakin terluka nantinya."

•••♥•••

Senja tersenyum kecil, hatinya mulai damai. Entah karena apa, melihat laki-laki di sampingnya membuat hati Senja terasa nyaman. Rasa sakit yang ada perlahan sirna, Senja terpesona melihat perlakuan lembutnya.

"Kamu mau aku suapin?"

Bibir Senja terangkat ke atas, pipinya merona. Namun, ia tetap mengangguk malu-malu. Kapan lagi ia bisa disuapi oleh orang yang disukainya? Momen langka tak patut dilewatkan dong.

"Buka mulut kamu," ujar laki-laki di sampingnya lembut.

Kalau mereka sudah sah, Senja pasti tak akan malu-malu memeluk laki-laki yang ada di sampingnya dengan erat. Sayangnya, hubungan mereka masih sebatas dosen dan mahasiswa. Duh, sayang ya. Apalagi cowoknya model Pak Naga yang biasa suka jadi incaran cewek-ceweknya kurang kasih sayang di luar sana.

Senja membuka mulutnya, bersiap-siap menerima suapan dari Pak Naga—orang yang memiliki takhta di hatinya. Selama beberapa saat memejamkan matanya, makanan yang disuapi Pak Naga tak kunjung bertemu dengan mulutnya.

Ada apa sebenarnya?

Senja membuka matanya, loh? Kok sekarang dia ada di gazebo? Bukannya tadi sedang makan malam romantis dengan Pak Naga? Senja menggetok kepalanya pelan, duh, sempat-sempatnya halu di siang-siang bolong begini.

Senja memukul kepalanya pelan, bibirnya mengeluarkan umpatan-umpatan kecil tak tertahankan. Mungkin ia sudah terlanjur jatuh cinta sampai ke dasar-dasarnya. Makanya jadi bucin seperti ini.

Gadis itu memejamkan matanya perlahan, mencoba menghilangkan kehaluannya yang sudah kritis. Jatuh cinta sebenarnya boleh saja. Namun, jika terlalu jatuh cinta dan memaksa—itu tidak boleh namanya. Apalagi jika kita terlalu berharap lebih pada orang yang jauh di atas kita. Kalau tidak bisa dikendalikan akan sakit hati nantinya.

"Kenapa aku jadi bucin gini?" keluhnya pelan, gadis itu meratapi kisah cintanya yang pelik. Apalagi dirinya sudah terlanjur bucin tanpa tahu apa sebabnya.

Senja menilik masa lalunya, kira-kira apa ya yang menarik dari Pak Naga sampai membuatnya bucin setengah akut begini? Pak Naga sebenarnya lebih sering menghujatnya daripada memujinya, Pak Naga peduli padanya pun juga karena terpaksa. Jangankan ada momen manis, semuanya hanya pahit semata. Namun, entah mengapa Senja malah terjebak belenggu kepahitan cintanya untuk Pak Naga yang tak mungkin ada balasnya.

Kalau secara logika, seharusnya Senja itu jatuh cintanya sama Ardo bukan Pak Naga Aswara Dewa. Secara 'kan selama ini Ardo yang terang-terangan mendekatinya, memberinya cinta luar biasa yang belum tentu akan orang lain berikan padanya. Anehnya, Senja menganggap perjuangan Ardo bukan apa-apa dan tidak bisa menembus benteng hatinya. Senja malah terlena dengan perlakuan Pak Naga yang tidak ada manis-manisnya.

Bodohnya dia! Kenapa bisa terpesona dan jatuh cinta sama dosen galak seperti Pak Naga yang bahkan hanya menorehkan derita yang bersarang di hatinya? Senja curiga, ia begini karena Pak Naga adalah pria idaman banyak orang. Makanya Senja ikut jatuh cinta juga, pesona Pak Naga memang tak terbantahkan. Walaupun galaknya lebih parah daripada sambel mercon di pasaran.

Naga Senja (Segera Terbit) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora