25. Lara

5.2K 370 20
                                    

"Aku lebih suka mendengar bentakan mu daripada tawa indahmu yang timbul karenanya."

•••♥•••

Di semua kehidupan, tidak semua orang akan merasakan kebahagiaan. Di semua derita, pasti ada kesan bahagia yang terlukis di hatinya. Namun, jika sakit hati yang sudah tertanam terlalu dalam dan mengusik jiwa setiap insan—mungkin, hatinya akan terasa pilu dengan rasa lara yang mengalun merdu.

Sakit hati yang bersarang di setiap hati manusia bukanlah hal aneh yang tak pernah terasa. Mungkin, bagi kalian para pemain cinta sudah sering merasakan yang namanya lara. Lara bisa karena apa saja, bukan? Bukan hanya karena sesosok orang yang dicintai kita, saudara kita juga bisa, bahkan teman baik kita pun terkadang membuahkan lara yang tak pernah termimpikan.

Bagi seorang gadis yang tak memiliki pengalaman baik dengan terjun di dunia percintaan yang selalu diliputi lara dan bahagia, pasti terasa berbeda. Ini adalah pengalaman pertamanya merasakan yang namanya cinta. Pengalaman pertamanya juga ia merasakan lara yang benar-benar membuat hatinya nelangsa.

Pedih rasa hatinya, mengingat kenyataan yang ada. Sesak dadanya, melihat setiap kata yang mengalun merdu yang tak pernah tercipta untuknya. Semua perasaannya tercampur aduk membuahkan derita untuk hati kecilnya. Apalagi, saat melihat pujaan hatinya tampak bahagia bersama dengan gadis lainnya.

Senja mengusap matanya yang mulai terasa panas, gadis itu mengambil kacamata miliknya untuk menutupi matanya yang berkaca-kaca karena lara. Helaan napas terdengar dari bibirnya, gadis itu mencoba tersenyum selayaknya orang yang selalu merasa bahagia di hidupnya.

"Senja."

"Y-ya?" sahutnya pelan dengan tergagap, gadis itu takut ketahuan kalau diam-diam berkaca-kaca di hadapan pujaan hatinya. "Ada apa, Pak?" tanyanya dengan nada seperti biasanya, Senja mencoba menutupi segalanya.

Pak Naga menoleh ke arahnya dengan ekspresi datar. Matanya pun tetap tajam seperti biasanya. "Menurut kamu, lebih baik saya membelikan cincin pernikahan yang mana untuk kekasih saya?"

Ah, dadanya Senja serasa ditusuk sesuatu yang tumpul berulang-ulang. Gadis itu mencoba meneguhkan hatinya, dan mencoba menahan sesak yang membuat matanya semakin panas.

Bagaimana kau tidak sakit hati, jika orang yang kau cintai membelikan sebuah perhiasan indah demi sebuah pernikahan untuk gadis yang lain? Bagaimana kau tidak terluka, jika kau yang memilihnya dan menemaninya tidak mendapatkan yang seharusnya? Bagaimana kau tidak kecewa saat ragamu dimanfaatkan untuk kepentingan cinta orang yang kau suka bersama yang lainnya?

"Senja, jangan diam saja!" bentak Pak Naga yang begitu kesal melihat tingkah Senja yang selalu kurang tanggap dan suka melamun di mana saja. "Bantu saya," lanjutnya datar.

Senja menghela napas pelan, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Gadis itu mendekati Pak Naga yang berada di depan etalase toko perhiasan kelas atas yang sedang mereka kunjungi saat ini. Senja mendekat, menatap berbagai macam perhiasan indah yang terpajang dengan rapi. Gadis itu meneliti satu persatu perhiasan yang ada, mencari mana yang terbaik untuk diberikan pada Anna, calon istri Pak Naga.

"Pak Naga, memangnya Bu Anna seleranya seperti apa?" tanyanya memastikan, tanpa menoleh pada Pak Naga—gadis itu sibuk memilah perhiasaan mana yang kira-kira indah dan cocok dengan kesukaan Anna.

Naga Senja (Segera Terbit) Onde histórias criam vida. Descubra agora