PART 22 × Suddenly

10.6K 1.3K 126
                                    

ᝣ•BM | PR•ツ࿐

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ᝣ•BM | PR•ツ࿐

Elroy muncul dari pintu utama mansion. Dia memakai kaus putih dan celana panjang berwarna abu-abu. Dia berjalan keluar, ke pelataran mansion. Seraya menggerakan tangan dan kakinya seperti olah raga. Dia menoleh ke arah selatan mansion yang rusak cukup parah. Pikirannya tertuju ke kejadian malam dua hari yang lalu. Hatinya masih berselimut duka atas kepergian Harsha.

Elroy berjalan semakin agak jauh dari pelataran mansion, ia menuju jalan utama yang terhubung dengan gerbang utama. Pandangannya tidak lepas dari selatan mansion. Elroy berhenti dan memandangi bangunan rusak di sana. Pandangan matanya beralih ke gerbang mansion, di luar sana ada sebuah mobil yang berhenti. Elroy mengernyit. Kaca mobil terbuka dan terlihat wajah Sveta.

"What the hell is she doing here?" Dengan terpaksa Elroy menghampirinya. Sesekali berlari kecil untuk mempercepat waktu. Gerbang terbuka secara otomatis saat Elroy akan keluar. Sveta keluar dari mobilnya.

"Hi, good morning," sapa Sveta.

"What's up?" tanya Elroy tanpa basa-basi.

Sveta tersenyum. "Kenapa? Apa aku dilarang lagi untuk datang ke mansion Mackenzie ini?"

Elroy tidak menjawab, ia melihat penampilan Sveta. Ya seperti biasa, seksi sekali. Sveta menangkap pandangan Elroy, ia tersenyum-senyum dan bersandar di badan mobil.

"Kau suka kemolekan tubuhku?" goda Sveta.

Elroy bergidik. "Uh, omong kosong!"

"Aku kesini karena ... aku tidak bisa melupakan kepergian Mommy," gumam Sveta. "Are you okay? Bagaimana dengan Laiv? Aquinsha, Allcia, yang lain."

Elroy menatapnya tajam. "Bilang saja kau ke sini untuk menanyakan Laiv."

"Eh, what?" Sveta menautkan alisnya, "hahaha! No, El."

"Dengar ya, kau takkan bisa kembali padanya. Dia milik orang lain. Jangan ganggu mereka."

"Aquinsha? El, aku kesini memang bukan karena Laiv. Tapi ingat Mommy."

Malas menggubris ucapan gadis itu, Elroy memilih untuk kembali masuk. Sveta memanggilnya dan hendak mengejar. Namun tiba-tiba dia terjatuh karena tersandung kakinya sendiri.

"Aahh, sakit!" rengek Sveta.

Elroy berhenti dan mengatur nafas berat di dadanya. Gadis satu ini ceroboh dan manja sekali, pikirnya. Elroy berbalik dan membantu Sveta berdiri. Merasa kakinya sakit, Sveta tidak melepas pegangan tangannya dari pundak Elroy.

"Ini sakit sekali tahu!" rengeknya lagi.

"Jangan merengek padaku! Kau jatuh karena ulahmu sendiri. Pulanglah!" ketus Elroy.

Brothers MackenzieWhere stories live. Discover now