PART 07 × This Pretense Hurts

12.1K 1.3K 268
                                    

Laiv melajukan mobil, melewati jalan di tengah malam. Matanya menatap lurus dengan sorotan dingin. Arlojinya menunjukan pukul dua pagi. Ia menghentikan mobilnya dan keluar untuk membuka gerbang sebuah rumah berlantai dua. Tangannya memegang kunci untuk membukanya. Kemudian ia melajukan mobilnya lagi ke perkarangan rumah.

Laiv diam sesaat, kemudian menoleh ke belakang. Seorang gadis berbaring di sana dalam keadaan tidak sadarkan diri. Laiv bergegas ke teras untuk membuka pintu utama. Lalu kembali ke mobil. Ia membuka pintu mobil bagian belakang, setengah membungkuk dan tangannya mengangkat tubuh Aquinsha. Sebuah mobil datang dan berhenti di luar pagar rumah.

Tangan kokoh Laiv membopong Aquinsha ke dalam rumah. Selama kakinya melangkahi lantai rumah tersebut, ia tidak memandang wajah gadis itu. Laiv membaringkan Aquinsha di kasur secara asal, menaruh kunci mobil dan gantungan kunci yang terdapat dua kunci di atas nakas. Lalu pergi begitu saja. Laiv sama sekali tidak melepas sepatu Aquinsha dan menyelimuti tubuhnya.

Laiv menghampiri mobil yang menunggunya. Ya, dia meminta pengawal untuk menjemputnya di rumah Aquinsha. Setelah Laiv dan Sveta selesai bercinta, juga bicara dengan Claus, ia membawa pergi Aquinsha kembali ke rumah. Laiv lakukan hal menjijikan itu di depan Aquinsha, karena dia marah. Laiv berpikir Aquinsha sungguh mengira dia ingin menyentuhnya. Tamparan dan pukulan itu juga menjadi alasan Laiv. Pikirannya begitu kacau hingga ia tidak sadar, siapa korban sebenarnya.

Pengusaha tampan itu juga terpaksa menyetubuhi Sveta. Selama permainan panas itu berjalan, bayangan ketika Sveta bercinta dengan pria lain terngiang-ngiang di benaknya. Sehingga Laiv memperlakukan Sveta lebih kasar daripada yang ia lakukan pada Aquinsha malam itu.

Selepas Laiv pergi. Mobil jeep putih mendatangi rumah Aquinsha. Jelas itu milik Elroy. Malam-malam begini dia datang. Bahkan Elroy masih dalam memakai piyama dan rambutnya yang acak-acakan. Ia masuk dan bergegas masuk ke kamar Aquinsha.

"Quin?" Suara Elroy memecah keheningan.

Tidak ada jawaban. Elroy mendekat ke kasur dan mengerutkan dahi melihat keadaan Aquinsha. Gadis belanda itu tidur tanpa berganti pakaian. Elroy menaruh ponselnya di nakas dan duduk di tepi ranjang. Ia membuka sepatu Aquinsha. Elroy menatap wajahnya, melihatnya lebih dekat.

"Oh God, are you sick?" gumam Elroy yang melihat wajah Aquinsha memucat.

Elroy memeriksa dahi dan leher Aquinsha dengan tangannya. Suhu tubuhnya terasa panas. Elroy mengangkat tubuh Aquinsha, mengatur posisi tidurnya menjadi lebih baik. Lalu pergi keluar. Tidak lama ia datang bersama Maryn. Asisten itu terlihat masih setengah sadar.

"Kau gantikan bajunya, okay? I'll be back." Elroy menepuk pundak Maryn dan melenggang pergi.

Maryn agak bingung, kenapa Elroy ada di rumah dan Aquinsha tidur tanpa berganti pakaian. Maryn pun bergegas untuk menggantikan baju Aquinsha. Saat Maryn melakukannya. Aquinsha sempat tersadar, tapi tidak sepenuhnya. Dengan nada pelan Aquinsha meracau jika kepalanya sakit dan matanya terpejam lagi. Elroy datang membawa hot water bag, niatnya untuk mengompres Aquinsha.

"El, Quin memang sedang tidak enak badan sejak tadi sore. Aku pikir tubuhnya semakin lemah, makanya sekarang panas sekali. Tadi dia juga sempat bangun, dia bilang kepalanya sakit," ujar Maryn.

Elroy tampak khawatir. "Ya sudah, minggir! Aku mau mengompresnya. Kau cari saja obat! Cepat!"

Maryn ingat Aquinsha sempat pamit untuk pergi ke apotik, ia mencari obat itu di kamar Aquinsha. Namun tidak ada. Mungkin tertinggal dimobil, pikirnya. Maryn berjalan cepat keluar. Selama dua menit, ia kembali membawa segelas air dan obatnya. Elroy memegang tengkuk Aquinsha. Memintanya bangun sebentar untuk minum obat. Aquinsha bergerak, tapi matanya tetap terpejam dan tidak bersuara. Elroy membaringkan kepala Aquinsha lagi dan menarik selimut sampai batas dada Aquinsha.

Brothers MackenzieWhere stories live. Discover now