Rencana awal hanya untuk sekedar konten, berubah dengan hadirnya rasa empati. Perjumpaan Laiv dan Aquinsha tidak berakhir dengan kata terimakasih. Laiv mendadak berurusan dengan hidup gadis Belanda itu.
Uang 1,5 juta euro mengubah Hidup Aquinsha. B...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aquinsha kembali ke dapur. Maryn menanyakan dimana Laiv. Dengan senyum palsu Aquinsha bilang jika pria itu pamit pulang. Maryn merasa ada yang aneh dengan sikap Aquinsha, tetapi dia menahan pertanyaan dibenaknya. Aquinsha bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Dia mengobrol dan canda tawa seperti biasa bersama asisten pribadi itu juga pelayan di rumahnya.
Sampai ia selesai sarapan. Aquinsha tidak tahan lagi, ia bergegas ke lantai atas meninggalkan Maryn yang semakin tidak yakin gadis itu baik-baik saja. Aquinsha masuk ke kamar yang pintunya terbuka, pelayan sedang membersihkan kamarnya.
Tatapan gadis itu tertuju pada pelayan yang mengambil sesuatu di bawah kasurnya. Lalu keningnya berkerut. Dia segera menghampiri pelayan, mengambil botol kaca kosong yang berada di tangannya.
Prosecco? ucap Aquinsha dalam hati.
Gadis Belanda itu melangkah pergi. Dia pergi ke teras lantai dua. Di sana ia duduk di ayunan dan melihat botol minuman beralkohol tersebut. Bayangan semalam, ketika Laiv memperkosanya terngiang-ngiang dipikiran. Lukanya kian melebar. Aquinsha memegang selangkangan yang terasa perih seraya mendekap botol prosecco itu. Pandangannya lurus ke depan, kosong berlinang air mata. Detik kemudian air matanya melolos.
Aquinsha memperingati dirinya untuk tidak menangis di sana, ia menyeka air matanya dan kembali ke kamar yang telah selesai di bersihkan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.