ENDING

949 45 3
                                    

"Pergi bukan berarti tak kembali,
ku pergi untuk membuatmu mengerti.
Bahwa yang di hati
tak selamanya akan berada disisi."


Dua hari yang lalu di kediaman Alta.

"Alta kamu yakin dengan keputusanmu?" tanya ayahnya.

Alta yang tengah mengemas barang miliknya menoleh kepada si pemilik suara tadi yang berasal dari pintu kamarnya, suara itu berasal dari ayahnya.

"Apa maksud anda? Untuk apa saya bertahan disini, pertunangan sudah dibatalkan dan Zora bahkan telah berubah," kata Alta lirih.

Ayahnya melangkah masuk dan memanggil Alta untuk duduk di kasur bersamanya.

"Kemari dan duduk di samping Ayah, ada yang ingin Ayah bicarakan!"

Dalam diam Alta berjalan mendekati ayahnya dan duduk di sampingnya. Tapi, satu hal yang tak luput dari tatapan mata ayahnya, tangan Alta terkepal.

"Anda puas sekarang? Saya sekarang sudah putus dengan Zora, dan saya harus menjauhinya sekarang. Itukan yang anda inginkan, menghancurkanku?" Alta berteriak mengeluarkan segala isi hatinya, tak ada lagi yang dia tahan. Dinding pertahanannya telah luntur.

Hardi yang mendengar anaknya mengeluarkan kata hatinya cuma bisa diam, dia tahu dia salah.

"Maafkan ayah Nak, Ayah tidak mungkin ingin menghancurkan anaknya sendiri," ucap Hardi, menarik tangan Alta.

Tapi, Alta langsung menghempasnya begitu saja, ada sedikit rasa bersalah di hatinya ketika dia melakukannya tadi. Bagaimana pun Alta tidak pernah diajarkan untuk berbuat seperti itu oleh ibunya.

"Tapi, anda melakukannya sekarang, untuk apa minta maaf?" tanya Alta memalingkan wajahnya.

Hardi tak menyerah, dia kembali menarik tangan anaknya dan berujar, "Ayah tidak bermaksud seperti itu. Kamu salah paham Nak," Hardi sedikit ragu- "akan ayah jelaskan semuanya," lanjutnya.

"Anda-"

"Bisa kau hentikan panggilan itu, panggil aku Ayah!" Kata Hardi menghentikan ucapan Alta.

Alta diam, dia sedikit ragu.

"A-ayah," panggilnya.

Hardi tak dapat menahan dirinya untuk tidak memeluk Alta, ini pertama kalinya Alta memanggilnya 'Ayah' setelah mendiang istrinya tiada.

Alta diam dalam pelukan sang Ayah, dia ragu untuk membalasnya, tapi lagi-lagi rasa bersalah menghantuinya.

Dia tak tega melihat Ayahnya yang sudah tua ini memeluknya tanpa balas. Perlahan tangannya terangkat untuk membalas pelukan Ayahnya.

Namun, pelukan itu hanya berlangsung sebentar. Alta perlahan menguraikan pelukannya.

"A-yah tadi mau menjelaskan sesuatu, ayo jelaskan sekarang!" pinta Alta yang sedikit terbata karena dia sedikit tidak terbiasa menyebut kata 'Ayah'.

"Jadi sebenarnya..."

Alta sedikit gemas melihat ayahnya menggantung ucapannya.

"Sebenarnya bukan Ara yang selalu datang ke rumah dan mengganggu kegiatanmu bersama pacarmu. Tapi Ayah, Ayah yang selalu memanggil gadis itu kemari dan berusaha membuatmu melupakannya," ucap Hardi pelan, dia ingin melihat bagaimana ekspresi anaknya.

Namun, Alta hanya diam, tidak berbicara sepatah kata pun.

"Ayah hanya ingin kamu tidak berpacaran dengan gadis yang asal usulnya tidak jelas. Tapi, sekarang Ayah baru sadar bahwa gadis itu berasal dari keluarga Latisha, kerabat kita," Hardi takut, "Sekarang Ayah menyesal, tolong jangan membenci Ayah, Nak," lanjut Hardi lalu mengeratkan pegangannya pada tangan Alta.

ALTAZORA (Complete)Where stories live. Discover now