PART 10- Milik Alta

742 73 5
                                    

"Kamu adalah pengharusan yang aku pastikan menjadi kenyataan."

Zora terdiam sejenak, dia menatap Alta beberapa detik sebelum menjawab, "Emang tadi gue ngelakuin apa, Kak?"

Alta membalas ekspresi bingung Zora dengan senyuman yang mampu membuat kedua pipi Zora bersemu dengan sendirinya.

"Yahh...cewek yang selalu malu-malu kucing ketika bareng gue, bisa setegas itu di depan murid-murid pas menjabat sebagai Waketos."

Secara refleks Zora mengalihkan pandangannya. Kedua tangannya dia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah menahan malu. Dia tidak membayangkan seorang Alta bisa secara terang-terangan menyebutnya 'malu-malu kucing' sesantai itu,  meski benar, kan tetap saja.

Perilaku Zora membuat Alta tidak sanggup menahan tawanya. Tawa sang bad boy dingin tampan yang diimpikan semua orang untuk di saksikan. Beruntungnya Zora, dia bisa melihat secara langsung ketika keadaan mereka yang hanya berdua.

"Kak, jangan ketawa. Aku malu..." ucap Zora di balik telapak tangannya.

"Lo lucu, Zo. Gue gemes."

Di tempatnya Zora merasakan sebuah tangan mengacak-acak pelan puncak kepalanya. Siapa lagi jika bukan tangan Alta. Tunggu! Alta?

Zora mematung. Wajahnya yang sudah memerah semakin memerah. Dia sendiri bingung dengan dirinya. Jantungnya juga berdetak beberapa kali lebih cepat dari biasanya.

"Kak, jangan sentuh aku!" peringat Zora. Seketika Alta melepaskan tangannya dari kepala Zora serta menghentikan tawanya.

"Kenapa?" balas Alta dengan nada datar. Berani sekali ada orang yang menolaknya.

"Kasihan wajah aku kak, merahnya nggak ilang-ilang." jawab Zora masih dengan menutup wajahnya.

Lagi-lagi Alta tertawa. Jawaban yang sangat tidak terduga. Gadis di sampingnya itu memang polos atau bagaimana? Zora terlalu jujur, dan Alta terlalu gemas melihat tingkahnya.

Dan beberapa menit ke depan dihabiskan Alta untuk mejahili Zora. Sepertinya laki-laki itu menemukan hobi barunya, yaitu Zora.

.
.

Saat ini kondisi Zora sudah kembali normal. Dua sejoli yang belum resmi berpacaran itu saling diam setelah kejadian paling tidak terduga mereka lakukan.

"Em, kak. Kenapa lo milih kesini? Kenapa nggak pulang?" tanya Zora memecah keheningan.

Helaan nafas Zora dengar dari Alta, yang membuat Zora menoleh.

"Pulang kemana? Tempat yang kata orang-orang itu rumah, nggak gue rasain sebagai rumah."

Zora cukup terkejut mendengar penuturan Alta. Dia pun memutuskan untuk diam dulu.

"Keluarga yang gue punya tinggal ayah. Tapi gue nggak lihat sosok ayah di diri dia. Bahkan gue udah nggak kenal dia siapa."

Alta memandang danau dengan perasaan marah. Setiap kali dia membahas tentang keluarganya, Alta selalu merasa hancur.

Sejak kepergian ibunya, hidupnya terasa hancur. Sosok ayah yang seharusnya saat itu memeluk dan saling menguatkan, justru menjadi bajingan yang membuat Alta sangat membencinya. Benar, Alta membenci ayahnya sendiri.

"Lo tau? Gue kesepian gara-gara dia."

Tanpa sadar Zora meneteskan air matanya. Di dalam hati dia bersyukur memiliki keluarga yang harmonis, dengan orang tua serta kakak yang menyayanginya sepenuh hati.

ALTAZORA (Complete)Where stories live. Discover now