PART 7- Ditembak Alta

929 80 9
                                    

"Seperti batu yang bisa terkikis air hujan. Akankahkah besi itu melebur seiring waktu?"


"Ayo gue anter pulang!" tawar Alta.

Ditempatnya Zora berhasil dibuat diam untuk kesekian kalinya oleh sosok laki-laki dingin yang menyimpan kehangatan di dalamnya.

Lalu Zora meraih ponselnya, "Maaf kak, gue udah di jemput. Duluan ya" ucap Zora sambil berlalu meninggalkan Alta tanpa menunggu responnya.

Alta hanya menatap kepergian Zora dari tempat dia berdiri. Ia menatap interaksi Zora dengan seorang lelaki yang memakaikan helm kepada Zora.

Dalam hati dia merasa ada yang salah.

Siapa orang itu? Apa hubungannya dengan Zora? Mengapa terlihat dekat? - batinnya.

Harusnya dia tak merasakan itu. Zora bukan orang terdekatnya bukan? Memilih mengabaikannya Alta pergi setelah kendaraan yang menjemput Zora pergi.

•••

"Itu tadi gebetan lo ya?" tanya Abrisam saat selesai meminum jus juruk yang ada di tangan adiknya.

"Woi, Bang! Itu minuman gue. Elah malah dihabisin," ucap Zora sambil memanyunkan bibirnya. Dia mengambil minuman yang lain untuk dirinya.

Sedangkan Abrisam hanya menyengir, "Ck, mulut lo kayak bebek tau kek gitu. Udah jawab pertanyaan gue, tadi itu gebetan lo?"

"Ehm, bukan elah. Cuma kakak kelas." Zora berusaha menormalkan sikap dan wajahnya.

"Kakak kelas hm, boleh juga. Eh bener nih gak ada rasa?" kata Abrisam sambil menaik turunkan alisnya menggoda sang adik yang terlihat gugup. Tapi menurutnya itu sangat lucu. Hahahaha - batinnya.

"Gak usah gugup elah. Udah gue mau ke kamar. Makasih jusnya." Abrisam pergi sambil membawa air di tangan adiknya.

"Abangggg..." Teriakan Zora menggema di seluruh ruang. Dia hanya bisa menghela nafas panjang saat mendengar gelak tawa abangnya dari jauh.

"Zora jangan ngabayangin tuh pangeran berkuda lo mulu ntar lo malah jatuh ke kolongan.  Hahaha!" teriak Abrisam sambil tertawa.

"Sial"

Sabar  Zora, nasip punya Abang yang suka jail - batinnya. Dia mengambil air dan membawa ke kamar. Dia ingin mengistirahatkan tubuhya yang terasa lelah.

•••

"Ngapain gue ngikutin dia sampai sini?" tanya Alta pada dirinya sendiri sambil mengacak-acak rambutnya.

"Bodo amat dia bukan gebetan gue juga." gumam Alta seraya memakai kembali helmnya lalu menjalankan motor.

Untung dia belum jauh mengikuti Zora, entah dia merasa sedikit tidak suka saat melihat kedekatan mereka. Apa lagi dia sempat melihat bagaimana lelaki tersebut merapikan rambut Zora yang keluar dari helmnya, yang paling membuatnya geram saat wajah mereka berdekatan.

Tanpa terasa cengkraman setirnya pun mengerat. Dia pun hanya bisa menghela nafas, meredam amarah.

Tanpa sadar dia sudah sampai di rumahnya. Terlihat suasana sepi tanpa penghuni yang meramaikan. Dia langsung masuk ke kamar tanpa ganti dan langsung merebahkan tubuhnya.

Bayangannya berkelana saat kebersamaan yang terjadi tadi di taman. Dia merasa sangat senang.

Tak terasa bibirnya mengulas senyum, dia membayangkan sebuah keluarga kecil yang bahagia bersama sama dengan....

ALTAZORA (Complete)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt