You Rock My World

Start from the beginning
                                    

Marsha tertawa kecil. Tangannya refleks menggandeng lengan kiri Vincent. "Cie, yang udah mulai jago ngerayu."

Kalimat Marsha baru saja tuntas saat kakeknya mendadak menyela. "Vicenza, tolong jaga jarak dari Shasha. Di sini ada orang tua, jangan bersikap nggak sopan!"

Dengan berat hati, Marsha melepas lengan pacarnya. Dia menoleh dari balik bahu kanan. "Kek, pacarku namanya Vincent. Bukan Vicenza. Emangnya merek wadah prasmanan?" protesnya. "Satu lagi, harusnya aku yang dimarahi. Karena aku yang menggandeng Vincent. Bukan sebaliknya."

"Sha," panggil Vincent. Laki-laki itu menggeleng samar, meminta sang pacar berhenti mengkritik kakeknya.

Seperti kemarin, kali ini Marsha tetap dilarang duduk di sebelah Vincent. Kakeknya yang menempati jok depan. Meski ada kekesalan pada sang kakek yang dianggapnya bersikap berlebihan, tapi Marsha juga merasa geli. Kakek tercintanya bersikap kekanakan saat berhadapan dengan Vincent. Padahal, Afrizal adalah pria penyayang yang lembut tiap kali berinteraksi dengan cucunya. Kasih sayang kakeknya yang membuat Marsha bisa tumbuh menjadi gadis tangguh meski memiliki masa kecil yang traumatis.

Mereka kembali makan siang di hotel. Namun, kali ini, Vincent meminta izin membeli makan siang, setengah memaksa malah. Melati memberi restu sementara Afrizal berpura-pura tuli. Kakek Marsha hanya mengingatkan agar Vincent tidak pergi terlalu lama karena laki-laki itu sudah lapar.

Vincent menyanggupi. Setelah mengedrop Marsha serta kakek dan neneknya ke hotel, laki-laki itu kembali tak sampai setengah jam kemudian. Kali ini, dengan berkotak-kotak makanan Thailand. Ada tom yam goong, plakapong nung manao (ikan dori kukus dengan saus lemon), bun nem nuong atau sate udang dengan vermicelli, serta som tum mamuang. Nama yang terakhir adalah salad mangga. Vincent juga membeli beberapa menu lain yang namanya tidak dihafal Marsha.

"Ini terlalu banyak, Vin. Satu restoran kamu borong atau gimana?" komentar Melati. "Kok kamu bisa cepat balik lagi ke sini?"

"Vincent takut gara-gara diancam Kakek," sela Marsha sembari duduk di sebelah kanan pacarnya. "Tapi bener sih kata Nenek. Kamu kok bisa buru-buru balik ke sini?"

"Memang udah pesan dari kemarin. Barusan tinggal ngambil aja," jawab Vincent. Lalu dia bicara pada Melati. "Restorannya nggak jauh dari kantor saya, Nek. Udah kenal juga sama yang punya. Jadi, lebih gampang kalau pengin pesan."

Marsha mengulum senyum karena kakeknya tidak berkomentar sama sekali. Afrizal malah mulai menyantap makan siangnya. Bagi Marsha yang sangat mengenal kakeknya, hal itu menunjukkan bahwa Afrizal agak melunak. Mungkin, karena tadi malam mereka sudah bicara panjang tentang hubungan Marsha dan Vincent. Gadis itu bahkan ikut menginap di hotel.

"Kakek kan tau, dulu aku nggak tertarik punya pacar kayak temen-temenku yang lain. Pas kuliah pun sama. Karena memang aku merasa belum waktunya aja. Tau-tau ketemu Vincent dan semuanya berubah. Kakek nggak boleh galak dan curigaan gitu. Vincent itu bukan orang jahat."

"Kakek wajib curiga sama siapa pun yang lagi dekat sama kamu. Karena Kakek nggak mau kamu celaka, patah hati, atau sedih. Berapa lama sih kamu kenal Vincent, Sha? Namanya orang pacaran, yang ditunjukin pasti yang baik-baiknya. Jangan sampai kecolongan. Apalagi, dia udah tua gitu. Nggak pas jadi pacarnya cucu Kakek."

Ketika itu, Marsha cemberut. "Kenapa sih dari tadi yang dibahas soal umur melulu? Kami beda umur cuma sembilan tahun, Kek."

"Sembilan tahun itu bukan 'cuma'," sergah Afrizal.

"Bukannya bagus kalau Vincent itu lebih tua dari aku? Bukan rahasia umum, laki-laki itu telat dewasanya. Kakek sama Nenek aja gitu. Kakek lebih kekanakan dibanding Nenek," balas Marsha, tak mau kalah. Dia melihat Melati mengulum senyum. "Nek, bantuin aku, dong! Nenek harus ngasih dukungan buatku."

Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]Where stories live. Discover now