Iringan 6 : Asa

603 123 48
                                    

Sita memarkirkan mobilnya di sisi jalan. Ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya, hampir jam delepan malam, kemudian Sita menggeleng kepala. Ia ingin mengutuk teman-temannya yang selalu bercanda saat rapat sehingga jam segini ia baru selesai rapat.

Sita keluar dari mobil kemudian menguncinya. Berjalan mendekat ke arah kios dengan spanduk 'Mie Ayam Bu Lastri' yang terlihat ramai dan beberapa pembeli berdiri di samping gerobaknya.

"Pak, makan sini satu bungkus satu, ya. Yang dibungkus jangan pake daun bawang ya, Pak." Sita berucap sambil membuka lemari pendingin.

"Eh Mbak, tumben sendiri? Masnya mana? Temen-temennya kemarin pada sering ke sini berdua tuh, Mbak."

Sita tersenyum pelan, "Emang lagi mau makan sendiri aja, Pak."

Bapak itu mengangguk beberapa kali sambil ikut tersenyum. Sakin seringnya anak-anak Antares makan di sini, pemiliknya bahkan sampai hafal siapa yang akan dibawa anak-anak Antares ke sini.

Tangan Sita sudah mengarah pada sebotol sprite, tetapi omelan Ayi dan Yasa terlintas di pikirannya yang kurang lebih seperti berikut, "Jangan sering-sering minum soda, apalagi pas makan mie."

Sita mendengus pelan, tangannya kini berpindah pada sebotol frestea green tea kemudian mencari tempat duduk yang kosong.

Sambil menunggu mie ayamnya datang, Sita merogoh saku celananya untuk mencari ponsel. Sadar jika ponselnya tak ada di saku celananya, Sita kembali ke mobil. Tak lupa juga ia mengambil botol air minumnya.

"Pak yang dibungkus tadi jadinya makan di sini aja, ya."

"Siap, Mbak."

Tak lama setelah dua mangkuk mie ayam berada di depan Sita, seorang laki-laki dengan hoodie abu-abu duduk di depannya.

"Kamu kenapa sampe nyusul ke sini?" tanya Sita sambil mendorong mangkuk mie ayam yang tidak ada daun bawang ke depan Ayi.

"Kamu kenapa gak ngomong kalau makan mie ayamnya itu di sini?" tanya Ayi balik.

"Ngapain ngomong, kan aku makannya sendiri juga tadinya." Sita menjulurkan sendok dan sumpit pada Ayi.

"Kamu marah, ya?" tanya Ayi sambil mengaduk mie ayamnya.

"Loh marah kenapa?" tanya Sita bingung kemudian memasukkan sesuap mie ayam ke dalam mulutnya.

"Gak bales chat berjam-jam karena lagi main PUBG bareng Leo sama Dillon. Terus kamu jadi ke sini sendirian."

"HAHAHAHA. Kamu apaan sih, Ayi?" Sita tertawa puas di depan Ayi. Ia bahkan hampir saja tersedak mie ayamnya jika tidak burusaha berhenti tertawa.

Sita menggeleng kepala sambil berusaha menahan tawa terlebih ketika melihat ekspresi Ayi yang pura-pura mamasang wajah kesalnya.

"Aku emang lagi pengen makan mie ayam di sini. Terus marah sama kamu gara-gara main game? Sekarang mah mana ada apa-apanya dibanding jaman kita SMP."

Seperti anak-anak pada umumnya, Ayi sering sekali pergi ke warnet untuk bermain Point Blank saat baru-baru masuk sekolah menengah pertama. Sita selalu senang ketika dirinya berhasil menjaili Ayi, contohnya saat ini. Kini Sita mengeluarkan cengiran lebarnya, berjanji ia akan berhenti meledek Ayi dan fokus pada makannya.

"Tumben gak latihan? Biasanya Antares suka latihan pas Jumat juga."

"Pada sibuk urusan masing-masing. Yang gabut cuma aku sama Leo, makanya jadi keasikan main PUBG bareng Dillon juga."

Sita mengangguk pelan kemudian fokus pada makanannya, begitu juga dengan Ayi. Ketika mie yang ada di mangkuknya tinggal sedikit, ponsel milik perempuan itu berbunyi. Sita mengerutkan kening ketika membaca nama yang meneleponnya menggunakan Line.

Soundtrack: Dusk and DawnWhere stories live. Discover now