Iringan 28 : Keluarga

373 66 38
                                    

Gue mengambil hp agar bisa mengirim pesan pada Sita untuk segera menelepon gue bila nyasar atau pun terjadi apa-apa di jalan. Kini gue yang berada di ujung pintu kamar menatap lekat Nyokap yang memegang kedua bahu Kak Aci sambil tersenyum tulus. Kak Aci sudah rapi dan terlihat sangat anggun dengan gaun pengantinnya dan juga Nyokap yang udah selesai dengan riasan di wajahnya.

Terlalu fokus menatap Kak Aci dan Nyokap yang saling melempar senyum telus, gue sampai enggak sadar Bokap udah di sebelah gue kalau aja Bokap enggak menyenggol lengan gue. Gue dan Bokap malah berujung menatap Kak Aci dan Nyokap secara bersamaan.

"Sakin cantiknya Kakak kamu, sampai bengong gitu kamu lihatnya, Yi."

"Iya cantik banget, Pa. Sampai enggak ngenalin kalau itu orang yang sama yang marah-marah ke aku setiap hari."

Candaan gue sukses mendapatkan death glare dari Kak Aci.

"Kakak kamu mah memang cantik, Ayi," ucap Nyokap.

"Sirik doang itu Ayi mah, Ma," protes Kak Aci.

"Gue kan cowok gimana mau sirik, Kak," sanggah gue.

Well, my sister is always beautiful. But today, oh God, me as her only one brother officially announce that she is so gorgeous in her wedding dress and veil. Berkali-kali lipat cantiknya. Gimana Bang Alpha nanti lihatnya, ya?

"Aduh kalian ini udah gede masih aja berantem setiap hari," sahut Bokap.

"Udah-udah, hari ini enggak boleh berantem dulu ya, Ci, Yi," tambah Nyokap.

Aneh rasanya. Perasaan asing, tetapi juga bahagia secara bersamaan. Selama ini, gue lebih dekat dengan Nyokap dan Kak Aci lebih dekat sama Bokap. Nyokap lebih sering menelepon gue dan Bokap lebih sering menelepon Kak Aci. Sehingga Nyokap akan nanya kabar Kak Aci ke gue dan Bokap akan nanya kabar gue lewat Kak Aci. Mungkin Bokap akan menelepon gue dan Nyokap akan menelepon Kak Aci bila ada hal penting yang harus dibicarakan.

Gue masih bersandar di pintu kamar dengan jas tersampir di bahu ketika Bokap mendekat ke Kak Aci.

Kak Aci menatap Nyokap dan Bokap bergantian. "Pa, Ma, makasih ya udah mau luangin waktunya buat hari ini."

"Eh kenapa Aci yang bilang makasih. Harusnya Papa yang bilang makasih ke Aci udah berbesar hati terima posisi kita hari ini."

Nyokap menambahkan, "Anything for you, Dear. Mama yang seharusnya makasih, Aci."

Kini, Bokap dan Nyokap saling bergantian memeluk Kak Aci. Kemudian beberapa doa terdengar dari Bokap dan Nyokap yang ditujukan untuk Kak Aci. Seusai itu, Nyokap memanggil gue untuk segera menghampirinya.

Lalu tiba-tiba Nyokap jadi memeluk gue dan Kak Aci secara bersamaan, mengelus punggung gue dan Kak Aci secara bergantian beberapa kali. "Makasih ya Aci, udah jadi Kakak yang bertanggung jawab buat Ayi. Makasih juga Ayi udah jadi adik yang baik buat Aci."

Tindakan Nyokap sukses membuat gue tergeming kaget. Aneh rasanya, tapi rindu juga. Udah lupa rasa hangat pelukan Nyokap gimana.

"Aldy, Ayi, kalian sadar gak sih belum pake ini?" Eyang Kakung membuka pintu dan menujukkan boutonniere yang sudah tertempel di saku jasnya.

"Ini lagi satu, jasnya dipake dong, Ayi." Eyang Putri ikut bersuara sambil menggeleng kepala sehingga gue cepat-cepat memakai jas yang sejak tadi masih gue taruh di pundak.

"Santi, tolong Mama pasangin buat Ayi, ya."

Eyang Putri menyodorkan satu boutonniere ke arah Nyokap lalu memasangkan boutonniere itu di saku jas Bokap.

Soundtrack: Dusk and DawnWhere stories live. Discover now