Iringan 16 : Fajar

504 86 87
                                    

Gue sedikit berjalan cepat menjemput Sita yang lagi menunggu di parkiran. Daripada entar Leo ngoceh gue tiba-tiba ilang, mending gue buru-buru. Gue sedikit menyipitkan mata sambil mengedarkan pandangan. Mencari keberadaan Brio berwarna kuning, tapi gue enggak kunjung menemukannya.

"Ayi!"

Gue lantas memutar posisi tubuh gue. Mendapati Sita yang tengah melambaikan tangannya ke arah gue sambil menutup pintu mobil. Dia sedikit berlari kecil menghampiri gue yang juga ikut berjalan mendekat ke arah Rush hitam di depan sana.

 Dia sedikit berlari kecil menghampiri gue yang juga ikut berjalan mendekat ke arah Rush hitam di depan sana

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Gue tersenyum sambil menggeleng pelan. Kadang, Sita benar-benar jadi sosok yang sangat dewasa dibandingkan diri gue. Namun, kadang gue menganggap dia layaknya anak kecil. Terlebih ketika dia selalu berlari kecil untuk menghampiri diri gue sambil melambaikan tangannya. Iya, kaya yang dia lakukan sekarang. Goodness, she is adorable.

"Hoi, Yi." Suara itu terdengar bersamaan dengan kaca mobil yang turun. Cowok yang duduk di kursi kemudi itu mengangkat sebelah tangannya sambil menyapa gue.

"Kak Yasa," sapa gue balik.

"Kamu pulang sama Ayi nanti?" Sita dengan cepat mengangguk.

"Oke, Kakak tinggal ya. Have fun guys."

Setelah Rush hitam milik Kak Yasa keluar dari parkiran, gue dan Sita berjalan beriringan untuk kembali ke tenda. Untungnya, jarak parkiran sama panggung enggak jauh-jauh banget. Selama jalan ke panggung, dia selalu lirik kiri dan kanan buat lihat berbagai stand yang ada.

"Dari tadi kita jalan santai, kamu manggungnya jam berapa? Gak dicariin panitia? Leo ngoceh loh entar kamunya ilang?"

Gue menatap Sita yang sedikit mendongak sambil terus-menerus bertanya pada gue.

Gue tipe yang malas menjawab pertanyaan berentet kaya gitu. Cuma ketika rentetan pertanyaan itu ditanyakan oleh Sita terlebih dia harus sedikit mendongak supaya bisa lihat gue, gue malah gemas sendiri lihat dia, lucu banget.

"Ocehin balik lah Leo nya?" Ucap gue.

"Yeee mana bisa gitu? Ayuk cepetan, tar kamu telat."

Dia menarik tangan gue supaya ikut berjalan cepat bersamanya sehingga gue kembali tertawa kecil.

"Ta, emangnya kamu tahu posisi stage-nya?" Pertanyaan gue sukses membuat dia menghentikan langkahnya kemudian menatap gue bingung.

"Hehehe enggak."

Tuh kan, di saat-saat tertentu tuh Sita akan lebih mirip anak kecil yang diajak ngebolang pergi jauh dan dia lebih banyak enggak tahunya.

Soundtrack: Dusk and DawnNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ