Iringan 8 : Kekeliruan

586 104 58
                                    

Sita menatap Yasa dan Ayi bergantian ketika dua laki-laki itu keluar dari mobil. Mata Sita menatap lekat dua laki-laki yang ada di depannya secara bergantian.

"Kalian ngomongin apa?" tanya Sita curiga.

"Tentang kabar," sahut Yasa. Ayi mengangguk menyetujui ucapan Yasa.

Sita sudah terlampau hafal tatapan sang kakak terlebih ketika bicara sesuatu yang serius. Sita juga sempat mendapati Ayi menatapnya dari dalam mobil selama beberapa saat. Hanya saja, perempuan itu yakin jika Yasa dan Ayi tidak akan memberi tahu apa yang mereka bicarakan.

"Yaudah, Kak Yasa mau pulang atau nginep di Kak Val?" tanya Sita yang kini sudah berdiri di samping Ayi.

"Pulang aja. Valen tuh kalau udah sober habis hangover reseh banget."

Itu jawaban Yasa sebelum sadar bahwa ponselnya yang sedari tadi dalam mode silent itu berkali-kali menerima panggilan masuk. Dahinya berkerut saat mengetahui berapa banyak panggilan masuk itu.

"Yahh, gak jadi pulang. Besok pagi Kakak harus jadi alarm dua manusia ini. Kita lupa kalau besok ada janji sama Galaxy." Yasa menunjuk dua laki-laki yang sudah setengah sadar itu.

"Uwahh, Galaxy! Kalau boleh, aku mau minta tanda tangan Kak Julian sama Kak Adriel dong!" ucap Sita girang.

"Hebat banget udah gandeng Galaxy Kak sekarang," puji Ayi.

"Hahaha, semoga lancar deh, Yi. Itu nanti kamu minta aja sama Rili, Ta. Lima-limanya sekalian juga bisa kamu dapetin kalau sama Rili, lebih cepet," ucap Yasa.

Di tengah percakapan mereka bertiga, Valen menyahut setengah sadar, "Ah males, kepala gue sakit. Suruh Rili aja sono yang pergi jadi perwakilan."

Sebelum Yasa mencaci maki temannya yang tak sadar itu, Yasa lebih dulu menyuruh Sita dan Ayi pulang.

"Kalian ati-ati ya. Ta, kabarin Kakak kalau udah sampe rumah. Kalau Mami nanyain, bilangin Mami Kakak nginep di tempat Valen."

"Mami mah gak akan cariin kalau yang gak pulang itu Kak Yasa," ledek Sita yang sukses mendapat tatapan tajam dari sang kakak.

Setelah melihat sang kakak masuk ke dalam gedung tinggi sambil menyeret kedua temannya, Sita menatap Ayi. Dirinya yakin jika sebentar lagi mereka akan berdebat tentang masalah pulang.

Jika boleh jujur, tentu saja Sita akan sangat senang bila Ayi mengantarnya pulang. Namun, situasi mereka berdua membuat Sita harus mandiri dan tidak merepotkan Ayi.

"Aku nginep di apartemen Leo. Jadi sekarang aku anter kamu pulang, ya."

Sita menggeleng cepat. "Gak usah, aku anter kamu ke apartemen Leo habis itu aku jalan pulang."

Ayi hendak melayangkan protes, tetapi Sita lebih dulu mengeluarkan suara, "Bosen gak sih selalu bahas masalah pulang mulu? Aku gak masalah pulang sendiri. Kamu enggak perlu ngerasa enggak enak sama aku hanya karena gak anter aku pulang, Ayres."

Di sinilah Ayi akhirnya berada, duduk di sofa apartemen miik Leo dengan sekaleng milo di tangannya. Laki-laki yang pada awalnya Leo sangka adalah makhluk tak kasatmata ketika bel apartemennya berbunyi.

Leo sempat mengerutkan dahi sebab ia jarang sekali kedatangan tamu jam segini. Kadang, ia masih terngiang kejadian menegangkan di kamar Brian kala itu. Tak hanya Leo sebenarnya, anak Antares lainnya juga demikian.

"GILA YA LO?!" Begitu ucapan Leo saat membuka pintu dan mendapati laki-laki dengan hoodie abu-abu yang menatapnya datar.

"Lo anjir yang gila? Ngapain buka pintu sambil teriak?" tanya Ayi balik sambil masuk ke dalam apartemen Leo kemudian melepas sepatunya.

Soundtrack: Dusk and DawnWhere stories live. Discover now