Iringan 29 : Bahagia

462 72 48
                                    

Kursi-kursi di gereja mulai terisi oleh keluarga, kerabat, dan juga orang-orang terdekat Kak Aci dan Bang Alpha. Pemberkatan akan dimulai jam sembilan pagi. Tinggal dua puluh menit lagi pemberkatan dimulai, tapi gue belum juga menemukan keberadaan Sita dan Adwin. Sehingga gue memutuskan untuk menelepon Sita.

"Ta, kamu udah sampai mana?"

"Aku udah sampe kok, cuma ini cari parkirannya agak susah. Terus ketemu lahan kosong yang kayanya dipake buat gereja, tapi kok ini jauh banget aku sama Adwin jalan kakinya?"

Suara tawa gue membuat Leo menyipitkan mata.

"Enggak jauh kok, mungkin karena kamu bener-bener asing sama sekitar jadi berasa jauh. Mau aku jemput?"

"Eh, enggak usah. Nah ini plang gerejanya udah kelihatan. Sekalian bilangin Leo, ceweknya aman. Tenang, enggak aku apa-apain."

Gue kembali tertawa dan kali ini Leo enggak lagi menyipitkan mata, tetapi menatap gue dengan tatapan nyolotnya. Setelah sambungan telepon berakhir, gue memasukkan hp gue ke dalam saku celana dan melirik Leo.

"Lagi jalan dari parkiran kok, bentar lagi sampe."

"Kata Sita, tenang, Adwin nya aman, enggak diapa-apain sama Sita," tambah gue.

"Yahh Sita, masih marah aja masalah kemarin," sahut Leo.

"Lagian elo juga sih, kasihnya cuma alamat. Gue jadi Sita juga ngoceh, Yo."

"Kan enggak gitu niatnya. Hp gue ketinggalan di mobil, terus ketiduran lagi," bela Leo.

Di saat gue dan Leo masih membahas hal yang enggak penting, pandangan kita tertuju pada pintu utama gereja. Gue mendapati sosok cewek yang biasanya selalu memakai pakaian casual dan sporty, kini tengah memakai wrap dress selutut─kalau gak salah nama─berwarna navy. Surai panjangnya yang selalu dikuncir satu ataupun dijepit asal kini tergerai dengan rapi. Kakinya yang selalu terbalut sneakers kini berganti dengan flat shoes abu-abu. Yang gue yakin dia sempet bingung mau pakai heels atau flat shoes karena selalu bilang males banget pakai heels karena pegel.

Goodness ... sampai pangling lihatnya. Cantik amat sih, Ta.

"Ayi!" Sita melambaikan tangannya beberapa kali sambil memanggil pelan nama gue. Enggak lupa juga dengan senyum yang terlukis di wajahnya.

"Tadi belum dateng ditanyain, ini giliran aku sama Adwin dateng malah pada bengong." Suara Sita membuat gue dan Leo saling melempar pandangan. Kayanya kita sama-sama bengong karena kaget lihat cewek masing-masing.

"Stunning banget sih. Pangling aku lihat kamu," ucap gue sambil mengelus rambutnya pelan.

Mendengar ucapan gue, Sita malah menatap gue lekat dengan ekspresi dia yang sangat menggemaskan. Yang kalau di-translate, itu artinya, "Duh aku malah jadi malu, Ayi."

Delapan tahun bareng Sita dan ini juga bukan pertama kalinya Sita pakai dress, cuma tetap aja, gue selalu pangling dan kaget setiap Sita tampil beda kaya gini. She looks great today and every day.

"Kenalan dulu nih sama Adwin." Sita menyenggol lengan gue sambil menatap sosok cewek dengan dress berwarna krem. Yang sejak tadi mengekori Sita di belakang dan terus menerus senyum ke arah Leo tanpa henti. Tinggi badannya terlihat cukup kontras dengan tinggi badan Leo yang diakui emang enggak tahu diri.

"Gue Ayi. Glad to finally meet you on this happy day, Adwin." Gue menjulurkan tangan ke arah cewek yang tengah berdiri di samping Leo.

"Salam kenal juga ya, Kak. Leo cukup sering cerita soal Kak Ayi." Adwin membalas juluran tangan gue sambil tersenyum tipis.

Soundtrack: Dusk and DawnWhere stories live. Discover now