Iringan 24 : Nuraga

450 73 58
                                    

Coba bayangin deh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Coba bayangin deh. Dari ratusan mini market yang ada di Jakarta, kenapa bisa pas banget gue ketemu sosok cewek berkemeja putih lengkap dengan blazer hitamnya mampir juga di indomaret yang gue datangi. Indomaret yang posisinya di daerah rumah Enzo karena gue baru selesai ngajar dia.

"Eh Ayres, ya?"

Kalau aja gue punya kekuatan kaya Violet di The Incredibles, Gue pengen menghilang detik itu juga sebelum sosoknya sempat memanggil nama gue.

Gue tersenyum ramah. "Iya, Kak."

Sebenarnya gue enggak ada masalah dengan cewek yang beberapa tahun lebih tua dibandingkan gue ini. Gue hanya takut kalau tiba-tiba ada sosok cowok tinggi dengan mata tajam menghampirinya.

"Gue sendirian kok."

Gue menghela napas, seenggaknya Kak Yasa beneran enggak ada.

Gue yakin semua akan bilang, "Gak gentle amat sih Yi, takut ketemu Kakaknya Sita."

Belum siap, gue belum siap untuk menjelaskan semuanya. Gue belum siap bila diminta untuk melepas Sita. Walau gue tahu hal ini terjadi karena kesalahan gue.

"Hahahaha. Yasa galak, ya?" tanyanya sambil tertawa pelan.

"Aduh Kak Git. Puji Tuhan gue belum pernah diapa-apain sama Kak Yasa."

Sagita namanya, satu-satunya teman Kak Yasa yang gue kenal―sebelum ketemu Kak Kendra dan Kak Valen―dan juga kenal dengan gue. Bisa kenal pun karena gue sering menemani Sita membawakan kue ke kosannya Kak Gita. Terlebih ketika Sita memang ingin mengobrol lebih lama dengan Kak Gita, jadi gue juga ikut mengenalnya.

"Makanya cepet baikan sama Sita."

"Hah?" Gue mengernyitkan dahi.

"Ini pertama kalinya Sita cerita tentang kalian lagi berantem. Sebelum-sebelumnya, Sita enggak pernah cerita masalah berantem sama lo."

Tampaknya Kak Gita tahu maksud dari tampang kebingungan gue. Sehingga setelah mendengar penjelasannya, gue hanya bisa menghela napas. Dari ucapan Kak Gita pun gue tahu kalau kali ini gue memang benar-benar sangat keterlaluan.

"Jadi cepet baikan, ya. Yasa kalau beneran marah tuh serem banget, Res."

Percaya gue kalau udah Kak Gita yang ngomong, dia benar-benar dekat banget dengan Kak Yasa. Sejujurnya gue juga enggak begitu yakin dengan status Kak Gita yang katanya hanya teman. Jangankan gue, Sita aja juga enggak yakin. Jadi Sita beberapa kali bilang, "Pasti kamu gak akan kaget kalau nanti dapet undangan nikah isinya nama Kak Yasa sama Kak Gita."

Hari ini ini gue memecahkan rekor paling lama berada di sebuah indomaret. Gue dan Kak Gita malah berujung duduk di bangku panjang yang ada di depan indomaret ini. Mungkin karena Kak Gita tahu masalah gue dan Sita, dia jadi bicara cukup banyak pada gue hari ini.

"Pasti sulit, ya? Ketika akhirnya merasa udah menemukan rumah yang selama ini dicari, tetapi diri ini malah enggak percaya bahwa itu benar-benar rumahnya."

Soundtrack: Dusk and DawnWhere stories live. Discover now