14

64 16 0
                                    

Happy Reading

Echa langsung menelfon Bela dan Marsel untuk menyusul ke rumah sakit. Firasat Echa tidak enak tentang ibu Samuel.

40 menit Echa menunggu Bela dan Marsel di kantin rumah sakit, akhirnya mereka berdua datang dengan wajah cemas dan penuh keringat di dahinya.

"Kalian kesini lari?"tanya Echa.

Bela menyeka keringatnya dan meminum jus milik Echa. "Sumpah ga penting pertanyaan lo itu Cha. Mending sekarang kita tanya ke suster soal mamahnya si Farel,"

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan kantin menuju tempat administrasi rumah sakit.

"Permisi mba, disini ada pasien atas nama Martha Tilaar?"tanya Marsel.

"Sebentar,saya cari dulu."

"Maaf,pasien atas nama Martha Tilaar sudah tidak di rawat di rumah sakit ini,"lanjut suster itu.

Tubuh Echa lemas,lalu kemana ibu Samuel di rawat? Echa mencoba menghubungi Samuel lagi. Maaf nomor yang anda tuju tidak aktif.

"Kita cari kemana lagi Bel?"tanya Echa dengan mata berkaca-kaca. Bela tahu apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya ini.

"Kita ke rumah ka Samuel aja. Lo tau rumahnya ka Samuel kan Cha?" Echa mengangguk,mereka pun pergi meninggalkan rumah sakit.

Sepanjang perjalanan Echa terus berusaha menghubungi nomor Samuel. Air mata Echa turun membasahi pipinya. Echa khawatir,setidaknya Samuel memberikan kabar tentang dirinya meskipun dengan pesan singkat.

Echa menyeka air matanya lalu menghubungi Samuel lagi,"Kamu kemana sih,"

Sekarang mereka sudah sampai di depan rumah Samuel. Rumah Samuel pun tampak sepi dan pintu gerbangnya pun tidak di tutup.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Assalamualaikum,"ucap mereka berbarengan.

"Ga ada orang neng,"ucap tetangga Samuel.

Echa menoleh dan berjalan mendekati ibu itu. "Emang om Leo sama Samuel ga pulang ke rumah Bu?"

"Dari kemarin lampu rumahnya ga ada yang nyalain, pintu gerbang juga ga ada yang nutup."

"Hm ya udah Bu makasih." Ibu itu mengangguk. Echa mengisyaratkan kepada Bela dan Marsel menyelesaikan pencariannya karena waktu sudah siang dan sangat panas.

•••

Echa merebahkan tubuhnya di atas kasurnya,dia menatap langit-langit kamar. Seketika pikiran tertuju kepada Samuel. Sungguh,Echa sangat rindu dengan Pacar es batu nya itu.

"Echaaaa,"panggil Luna dari bawah.

Echa turun dari kasur dan berjalan gontai menghampiri Luna di ruang tamu.

"Kenapa mah?"

"Nih,sana jajan. Galau mulu dari tadi." Luna memberikan uang tiga lembar seratus ribuan kepada Echa.

"Ga mau ah,Echa males keluar."

"Yakin ga mau? jarang jarang lho mamah baik gini,ya udah deh, masukin dompet lagi—"

My Ice Boyfriend [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن