AU(41) - Ini Akhir?

107 8 0
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Kamu mungkin bisa mengulang setiap kejadian yang sudah dilewati, namun tidak akan ada yang bisa mengulang tentang kehilangan.
-About Us-

Tidak pernah ada yang meminta untuk berpisah. Berpisah dari orang tersayang, berpisah dari kisah indah, atau pun berpisah dengan sebuah kenangan.

Dona menatap lurus ke depan dengan mata yang sudah membengkak. Di sampingnya ada Raka yang tengah frustasi dengan keadaan sekarang.

Cuaca hujan nan dingin menjadi teman di saat suasana tengah berduka. Sepertinya semesta sudah tau lebih dulu apa yang terjadi hari ini.

"Ka, tolong lebih cepat lagi ya," ucap Dona lirih.

Raka tak menyahut. Ia merasa tidak sanggup melihat sang mama seperti ini. Namun, ia juga tidak dapat menyalip kendaraan di depan karena keramaian jalan raya sore hari.

"Harusnya lo nggak harus kayak gini, Ram."

Tangis Dona kembali terdengar. Bahunya bergetar hebat, pertanda dia benar-benar mengalami kesedihan yang amat dalam. Hampir satu jam dia menangis dalam diam karena kabar yang tak mengenakkan baginya dan juga Raka.

"Rama nggak boleh pergi," cicit Dona membuat Raka menoleh.

"Raka," panggil Dona menatap anaknya.

Raka hanya berdeham. Ia ingin menangis, namun air matanya terasa beku di saat seperti ini.

"Mama nggak mau kehilangan Rama," ujarnya memberikan tatapan memohon.

Tapi, sayangnya Raka bukan Tuhan yang bisa menentukan nasib seseorang. Raka saja bingung apa yang akan ia lakukan, bahkan untuk bernapas saja terasa kaku.

Tangan Raka meremas kertas yang sedari digenggamnya. Kertas itu yang memberi tahu semua. Memberi tahu tentang siapa yang akan pergi -- untuk selamanya.

Meninggalkan tanpa alasan. Itu inti dari kertas itu. Tulisan tangan rapi dan halus menjadi penghias dari kertas putih polos tadi. Bagaimana tidak, Raka saja tidak percaya bagaimana bisa Rama menuliskan sesuatu yang ada di luar kepala.

Aku akan menggantikan Alishka.

Kalimat yang seolah menjadi pembuka surat memberikan gambaran tentang apa yang terjadi.

Mobil sedan itu menepi di area parkir sebuah rumah sakit. Pemandangan pertama yang mereka temukan adalah perawat dan pegawai rumah sakit yang berlalu lalang dari lobby sampai ruangan di hadapan mereka.

Tangis Dona lagi-lagi pecah. Mengenang kembali rasanya tidak akan mungkin memperbaiki keadaan.

"Rama!" teriaknya histeris.

Raka membawa tubuh mamanya untuk menjauh dari pintu ruangan tadi. Tidak ada waktu untuk mengulang, lagi. Semuanya sudah terlambat.

Tubuh Rama sudah memucat di dalam sana. Mereka disekat oleh pintu transparan yang menampakkan sang tampan Rama tengah diurus oleh perawat rumah sakit.

"Raka, Mama belum siap untuk kehilangan Rama!" Beberapa perawat di sana ikut menenangkan diri Dona yang sudah lepas kendali itu.

"Ma, kasihan sama Rama. Jangan kayak gini, Ma," ujar Raka sembari mendekap tubuh Dona.

"Kalian keluarga dari Rama?" tanya perawat laki-laki yang tak sengaja baru saja datang.

Raka hanya menjawab dengan anggukan. Sebuah kertas tersodor pada mereka, kertas itu berasal dari perawat tadi.

ABOUT US ||  COMPLETEDWhere stories live. Discover now