AU(19)-Ilusi

288 36 14
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Aku hanya bisa berharap
Tanpa sadar kalau harapanku itu ilusi bagimu
Menahan semua dengan tanda tanya
Aku yang terlalu ingin atau kamu yang memang tak merasa?

ABOUT US

Ryan memperhatikan Alishka dari kaca spionnya. Mereka sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit dan berencana menuju sekolah. Sebenarnya Alishka tidak mau pergi bersama Ryan, tapi karena paksaan dari Karrel jadi ia hanya menurut.

Ryan melihat wajah Alishka yang masih pucat juga matanya yang memerah. Ia juga baru menyadari bahwa sedari tadi Alishka mengenggam jaketnya erat. Kecepatan rata-rata sengaja ia gunakan karena takut gadis itu masuk angin dan merepotkan dirinya lagi.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, rombongan Karrel memasuki sekolah dengan bersamaan hingga membuat suara deruman motor terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Alishka merasakan semua orang yang mereka lewati memperhatikan dirinya yang dibonceng oleh Ryan. Termasuk Chinta dan Dera, dua gadis itu menganga sempurna melihat Alishka yang turun dari motor Ryan.

"Lish," panggil Ryan menahan pergelangan tangan Alishka yang ingin menjauh.

"Apa?"

"Jangan sampai semua orang tau."  Ryan masih menahan pergelangan tangan Alishka.

Alishka menatap manik milik Ryan yang menunjukkan sebuah ketulusan ketika ia mengucapkan kalimat itu. Akhirnya ia hanya mengangguk pelan lalu melepaskan tangan Ryan dan menuju ke arah Chinta yang ada di depan ruang guru.

Ryan memperhatikan Alishka yang menjauh dan akhirnya memasuki ruang guru bersama Chinta. Karrel menepuk bahu Ryan dan mengajak cowok itu ke kelas.

****

Alishka hanya bisa diam dan menunduk mendengar ceramah dari Pak Hasyim yang sedari tadi berbicara di depannya. Ia melihat waktu sudah pukul dua siang yang artinya ia sudah melewatkan pengarahan UN. Chinta yang juga muak dengan ceramah Pak Hasyim hanya memainkan handphone dan membuka media sosial miliknya.

"Alishka. Jawab jujur, kamu dari mana?" tanya Pak Hasyim membuat Alishka sesak.

"Saya dari nganterin adik saya, Pak," jawab Alishka jujur.

"Ke mana?" Pak Hasyim menunjukkan rasa tidak percaya dengan nada bicara yang mendesak.

"SDN 1 Tiara Nusa." Pak Hasyim memperhatikan Alishka yang sedari tadi menunduk.

"Angkat wajah kamu."

Alishka terkejut bukan main karena ia baru menyadari di keningnya terdapat goresan yang sudah ditutupi oleh kain, entah dari mana. Ia mengangkat wajahnya perlahan dan menatap Pak Hasyim. Chinta masih diam di sebelah Alishka walau sesekali ia melihat wajah Alishka yang pucat.

"Alishka, itu luka bekas apa? Kamu taukan sebentar lagi kamu akan mengikuti lomba nasional. Harusnya kamu bisa menjaga kesehatan diri kamu," lanjut Pak Hasyim yang membuat Alishka meneguk ludahnya susah payah.

"Iy—a. Iya, Pak." Pak Hasyim hanya mengangguk pelan dan kembali menghadap pada laptopnya.

"Pak, kalau boleh tau lombanya cuma saya sendiri? Atau ada partner lain? " tanya Alishka setelah Pak Hasyim berhenti membuka suara.

ABOUT US ||  COMPLETEDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora