AU(20)-Arti Kebencian

286 31 9
                                    

Happy reading temen-temen 💕

Hidup itu tak lebih dari sebuah pilihan. Apakah kita akan tetap tinggal pada sebuah masa atau malah rela meninggalkan masa itu untuk memulai masa yang baru. Hanya itu, tidak lebih.
-About Us-

"Ryan? Karrel? Gilang?" Ketiga orang yang dipanggil itu menoleh sempurna pada sumber suara.

"Lo Novan, kan? Lo ngapain di sini? Buntutin kita ya? Ngaku lo. Disuruh sama Zean atau Rama?" tanya Gilang sembari refleks mengacungkan sendok ke arah Novan.

Novan mundur beberapa langkah dari meja ketiga orang itu. "Santai, Bro. Harusnya gue yang nanya gitu, kalian ngapain di sini?"

"Makanlah. Masa iya numpang mandi," jawab Gilang asal seraya meletakkan kembali sendok ke tempatnya.

Novan mengangguk singkat dan menoleh ke belakang, arah jam dinding.

"Kafe gue mau break. Kalau mau, jam tujuh ke sini lagi aja," ucapnya santai lalu membenarkan kursi yang ada di sana.

Karrel, Ryan, dan Gilang heran dengan ucapan Novan yang menurut mereka ngawur itu.

"Van, lo lagi nyari duit tambahan sampe lo harus kerja sampingan kayak gini?" Gilang menepuk bahu Novan dan membuat cowok itu sedikit terkejut.

Novan melihat ekspresi bingung dari ketiga orang itu. Ia terkekeh pelan dan kembali merapikan kursi, tak mempedulikan raut kesal dari Ryan yang merasa diacuhkan.

"Kalo orang nanya tuh dijawab. Bukannya diem aja, mulut lo dikunci?" Ryan berdiri dengan kekesalannya.

"Sorry deh. Gue nggak lagi nyari duit kok. Tapi emang realitanya ini kafe punya gue. Enggak percaya? Tanya aja sama setiap pegawai di sini," jawab Novan tak berpaling dari pekerjaannya.

Ketiga cowo itu saling bertatapan beberapa detik. Ryan beranjak dari sana setelah mendengarkan ucapan Novan. Karrel dan Gilang segera menyusul Ryan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka.

Novan hanya tersenyum melihat ketiga badboy sekolah itu keluar dari kafenya dengan cara yang sedikit menyedihkan karena terusir oleh dirinya. Setelah merapikan kursi dan meja, cowok itu menyuruh pegawainya untuk menutup kafe dan kembali dibuka setelah jam tujuh malam.

"Capek juga bisnis. Tapi apa boleh buat, gue harus bisa nunjukkin ke semua orang kalau gue mampu," gumam Novan pelan.

****

Suara radio dari dalam kamar Taizo terdengar sampai ke kamar Alishka hingga membuat gadis itu sedikit risih karena ia tengah belajar.

Berita acara yang suaranya sudah hampir menghilang masih dijadikan ayahnya sebagai hiburan setelah pulang dari bekerja. Beruntung, ayahnya pulang cepat karena pekerjaannya cepat selesai. Alishka keluar dari kamarnya dan ingin mengetuk kamar ayahnya.

"Kak, Kakak mau ngapain?" tanya Haikal yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Mau ngasih tau Ayah suara radionya jangan kencang-kencang, Kakak mau belajar soalnya. Kamu nggak belajar?"

Haikal tak menjawab. Ia menarik tangan kakaknya ke teras rumah.

"Kok Haikal ajak Kakak ke sini? Ada apa?"

"Ayah mungkin lagi pusing, Kak. Soalnya pas pulang kerja, Haikal langsung ngasih tau kalau minggu depan Haikal harus bayar uang sekolah. Mungkin sekarang Ayah lagi mikirin itu, Kak," ucap Haikal duduk di kursi lapuk itu.

ABOUT US ||  COMPLETEDDove le storie prendono vita. Scoprilo ora