AU(40) - Bukan Sebuah Akhir

105 12 2
                                    

Happy reading temen-temen  💕

Kebaikan itu abadi. Saat orang lain ingat bagaimana baiknya seseorang, tidak ada hal yang menyulitkan untuk dilewati.
-About Us-

Pintu berukuran 4x5 meter  itu belum juga terbuka sejak satu jam yang lalu. Ryan masih setia menunggu pintu transparan dengan tutup gorden hijau untuk terbuka. Namun, sampai pantatnya panas pun belum ada tanda-tanda pintu itu terbuka menampilkan dokter dari dalam.

Matanya terasa berat, ia sudah mengantuk. Dilihatnya jam yang bertengger di pergelangan tangannya, pukul satu dini hari.

Drtt... Drtt...

Ryan merasa saku jas yang ia kenakan. "Karrel?"

"Halo."

"Lo di mana?"

"Rumah sakit."

"Hah? Siapa yang sakit?"

Ryan terdiam. Lidahnya kelu untuk menyebut nama Alishka. Ada rasa sesal yang terselubung saat melihat gadis itu terbaring lemah tak berdosa.

"Ryan!"

"Ah iya. Gue, gue lagi---"

"Lo yang bener kalau ngomong. Besok gue mau ketemu sama lo, ada kabar gembira."

"Ntar gue shareloc."

Tuttt...

Ryan kembali menyimpan benda persegi panjang itu ke dalam sakunya. Ia benar-benar bingung sekarang, bagaimana caranya ia memberitahu keluarga gadis itu?

"Permisi," sapa seorang perawat yang mengejutkan Ryan.

"Iya, Sus?"

"Pasien mengalami pendarahan yang cukup serius. Ditambah lagi dengan pecahnya pembuluh darah jantung yang membuat kondisinya semakin lemah. Apa keluarganya ada di sini?" jelas perawat itu sekaligus bertanya pada Ryan.

Ryan mengusap wajahnya kasar. Pikirannya sudah kalang kabut. Otaknya terasa kosong, sangat kosong. Bagai ruang hampa yang bergema.

"Suster Laila." Seorang Dokter mendekat ke arah mereka.

"Siapkan ruang operasi sekarang," ucapnya sembari melepaskan masker dan kacamatanya.

Tubuh Ryan seketika lemas. Jantungnya berdetak tak karuan, rasanya seperti akan kehilangan orang yang paling disayang. Tapi, dia menolak hal itu.

"Dok, bagaimana keadaan Alishka?"

Dokter itu menoleh. "Doakan saja yang terbaik. Saya sudah menghubungi Ayahnya, kamu tunggu saja di sini."

Ryan terdiam. Dokter itu sudah mengenal Alishka dan juga ayahnya.

Dokter dan perawat tadi pergi meninggalkan Ryan yang masih berperang bersama pikirannya. Dering handphone yang sedari tadi berbunyi pun tak dihiraukan oleh cowok itu. Dia hanya menginginkan Alishka kembali dengan baik-baik saja.

Tak lama, pintu yang sedari tadi ia tunggu sudah terbuka lebar. Lampu-lampu yang ada di sana memberikan kesan silau yang membuat matanua sedikit menyipit.

Di sana Ryan bisa melihat orang yang beberapa hari ini menemaninya tengah tidur dengan nyenyak. Gaun biru ocean yang beberapa jam lalu dikenakan Alishka sudah berganti dengan pakaian khas rumah sakit. Perban di kepala gadis itu semakin membuat Ryan meringis.

"Alishka mau dibawa ke mana, Sus?" tanya Ryan menghentikan pergerakan empat perawat wanita itu.

"Ruang operasi."

ABOUT US ||  COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang