30. Happy birthday Aya

12.2K 720 23
                                    

Wah, maaf banget ya aku telat update. Soalnya hari ini ada trouble. Nih ya aku curhat sedikit, nah tadinya kan tanggal merah,oh yaa SELAMAT HARI PANCASILA

Harusnya aku libur tapi temen-temen kerjaku dua-duanya kompak'an gak masuk, kasihan di tempat kerja karyawan keteteran, jadinya auto buru² kerja. Udah gitu karna karywan sedikit, barang membludak, customer rame, enggak sempat megang hp sama sekali. Dah gitu, belum nulis apa² ttg part ini.

Pas pulang kerja jam 6, auto nyuci dulu ya kan. Nah habis nyuci mandi, terus ngurus hadiah event. Jadi aku punya Komunitas namanya Nektar Aksara. Kalian bisa cekidot di Instagram, suka ada event di sana. Heheh promosi lagi promosi lagi. Gapapa lah ya wkwk

Pas aku mau nulis, emak bapak ku vc aku, jadilah makin lama nulis wkwk

Hei! Jangan lupa vote.
Follow juga!

Oh yaa. Makasih yaa, viewers Fell for My Lecturer tembus 6.6K hari ini. Wahhh, aku tanpa kalian hanyalah remahan peyek.

Makasih udah support aku.

Ah author banyak bacot. Dahal udah kangen Kanaya.

Okelah oke.

Cekidot 👇

Happy reading.

***

Tak ada jalan-jalan seperti yang Kanaya angankan. Mereka hanya mengitari Jakarta, tidak ada yang mereka lakukan selain menikmati lampu-lampu jalanan. Jam menunjukkan pukul setengah dua belas lewat tepat Kanaya berada di depan gerbang kosnya.

"Kanaya turun dulu ya,"ujarnya. Orion menatap lama Kanaya.

"Kanaya,"panggilnya saat Kanaya ingin membuka seatbelt. Kanaya menoleh. Orion menarik kepala Kanaya, ia mengecup singkat kening Kanaya. Reflek Kanaya terdiam. Lalu semburat merah muncul dari pipinya.

Orion mengacak puncak kepala Kanaya.

"Hati-hati ya. Aya turun."

"Iya."

Orion tidak turun mengantar Kanaya sampai di depan pintu kostnya. Ia hanya membuka kaca jendela dan menunggu badan itu tenggelam menjauh. Orion kembali berputar.

Sembari berjalan, Kanaya memegang keningnya. Lalu tersenyum membayangkan adegan singkat itu.

Arghhh, pria galak itu!

Kanaya menghirup udara malam. Lalu ia bersiap mengetuk pelan pintu kamarnya, takut menganggu kamar sebelah.

"Ta,"panggilnya.

"Tita buka,"ujarnya lagi.

"Ta!" Kali ini suara Kanaya sedikit lebih keras. Ia menempelkan telinganya di permukaan pintu, ponsel Tita berbunyi di sana namun si empunya tidak mengangkatnya.

"Ta!"

Kanaya terus mencoba, ini juga salahnya. Mengapa ia tidak membawa kunci?

"Gak lucu gue tidur di teras Ta!"

"Woy kebo, ish! Seriusan Tita!!! Bangun gak lo,"ujar Kanaya kesal. Ia tetap menempelkan ponselnya di daun telinga Kanaya.

"Wey, buka!"ujar Kanaya kala deringnya di angkat.

"Gak gue kunci,"ujar Tita santai. Kanaya menepuk jidatnya, mengapa ia tidak mencoba membuka sebelum berteriak bak orang gila?

Segera ia menutup ponselnya.

Fell for My LecturerWhere stories live. Discover now