12. Kamu tunangan saya!

17.8K 1K 3
                                    

Mobil Orion berhenti di sebuah halaman rumah yang cukup luas. Rumah minimalis dengan rumput gajah mini dan beberapa bunga bawarna warni. Ada bunga kertas dengan potongan yang rapi. Meski pun keadaan dalam gelap, namun tetap tidak menghilangkan keindahan pemandangan didepannya ini.

Orion berahli menatap Kanaya yang sudah tidur dari sejam yang lalu "Aya,"panggil Orion lembut. Wajah Kanaya jauh lebih cantik saat sedang terlelap. Mulutnya terbuka sedikit namun tetap terlihat lucu di mata Orion.

"Aya bangun,"ujarnya lagi. Kali ini Orion menepuk pelan lengan Kanaya. Kanaya melenguh "nghhhh."

"Bangun,"ujar Orion. Kanaya menatap sekitarnya.

"Udah sampe pak?"tanyanya semangat. Orion menganguk lalu ia turun disusul dengan Kanaya.

"Habis ini bapak mau langsung pergi ke hotel?"tanya Kanaya. Orion tidak menjawab. Ia terus berjalan hingga menggapai daun pintu.

"Waw lama juga datangnya. Sok masuk Yon,"ujar Mama. Orion tersenyum, mama Kanaya menepuk pundak Orion. Kanaya mengernyit hingga langkah kakinya terhenti.

Sebentar!

Bukankah Kanaya tidak menghubungi keluarganya perihal kedatangannya? Lalu tadi mamanya seakan-akan sedang menanti kedatangan Kanaya. Dan lihatlah, bahkan mamanya tidak menyambut dirinya. Bukankah putrinya adalah Kanaya? Bahkan Orion baru pertama kalinya kerumahnya.

Dan Orion hanya tau daerah rumahnya tidak dengan detail alamatnya. Ini sangat aneh.

Kanaya masuk, disana ada papa, bang Leo dan mamanya. Mata Kanaya berahli pada jam dinding. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan mereka masih terjaga?

"Sini dek,"panggil Dimas. Kanaya benar-benar linglung. Banyak sekali pertanyaan yang hinggap di kepalanya.

Orion menatapnya Kanaya yang tampak menyelidiki satu per satu kepala yang sedang duduk di ruang tengah.

"Jangan bilang lo gak ngasih tau apa-apa Yon?"tanya Leo. Kanaya duduk dengan hati-hati. Tampak Orion menganguk.

"Orion yang hubungi papa kalau kalian mau kemari,"ujar Dimas.

"Mama siapin teh dulu ya." Wanita dengan piyama panjang itu pergi melenggang ke dapur.

"Sebenarnya pak Orion ini siapa ya? Kenapa tau alamat rumah saya? Terus tau nomor telepon papa saya? Dan dari mana mama kenal Orion?"

Leo menahan senyumnya "Udah sana bantuin mama!"

"Ih seriusan abang. Kanaya bener-bener bingung ini. Mama kan baru pertama kali ketemu pak Rion, kok kaya udah akrab gitu?"

"Kamu gak senang mama kamu akrab sama saya?"tanya Orion.

Kanaya mendelik "Bukan gitu pak Orion, maksud saya itu ya aneh aja."

"Papa ih jelasin,"rengek Kanaya.

"Orion itu anak Bagas. Temen papa."

"Almarhum neneknya Orion sahabat baik Wawa."

Kanaya melongo. Tidak mungkin!

"Om Bagas? Om Bagas yang waktu Aya masih SMP kerumah? Yang bilang kalau ntar Aya nikah sama anaknya?"

"Tuh kamu tau,"celetuk Cita meletakan segelas teh dan beberapa cemilan ringan.

"Kanaya pusing ih."

"Kamu tidur sana,"ujar Orion.

"Bukan pusing karna sakit pak, pusing karna cerita yang tiba-tiba ini. Pusing karna bumi itu cuma selebar daun kelor!"ketus Kanaya.

Fell for My LecturerWhere stories live. Discover now