21. Sekongkol

13.6K 871 26
                                    

"Rain, ajarin mbak dong,"rengek Kanaya. Hari ini adalah hari Sabtu. Kanaya tidak berniat untuk pulang ke Bandung. Malas katanya. Karna orangtuanya pun sedang di luar kota. Membuat Leo mencak-mencak menyumpah serapahi Kanaya.

"Kemarin mbak naik grab kemari, ketemu sama tanah lapang, kesana aja yuk Rain."

"Ish, ntar mbak lecet gimana? Uang jajan Raina taruhannya mbak." Pasalnya kemarin chatt Kanaya terbaca oleh Orion, membuat si ATM berjalan Raina itu mengacam dirinya.

Awas aja lo ngajarin dia, sebulan uang jajan lu gue hold!

Ah, membayangkannya saja Raina tidak sanggup.

"Mbak capek tau Rain gak bisa bawa motor, ayolah Rain. Kita diam-diam, abang kamu gak bakal curiga."

"Hiwww, kalo ketahuan gimana? Kemarin aja abang marah-marah sama Raina. Takut mbak, abang kalo marah gak pandang bulu!"

"Mbak yang bakal hadang deh, ayolah Rain. Tar mbak teraktir apa aja yang kamu mau."

"Victoria secret?"

"Ish, turunin dikit atuh,"tawar Kanaya.

"Shabu-shabu sekali seminggu dalam sebulan, deal?"

"Okey deal. Tapi harus sampe mbak bisa ya."

"Eh tunggu dulu mbak. Tar kalo misal sesuatu terjadi, terus bang Rion hold jajan Raina,gimana?"

"Mbak paham maksud kamu, tar mbak yang janjani deh."

"Deal!"putus Raina.

Maafin adikmu ini bang.

Mereka tertawa. Lalu mengiring sepeda dan sepeda motor milik Raina. Menurut Raina, lebih baik belajar sepeda dulu baru bawa motor, jadilah dirinya meminjam sepeda tetangganya.

Jika terjadi sesuatu, setidaknya sepeda ini yang akan rusak. Bukan si Red Velvet kesayangan Raina. Berapalah harga servis sepeda, tidak semahal servis motor.

Kanaya baru meluncur beberapa meter saat sepeda yang di naikinya di dorong oleh Raina. Sialnya baru beberapa kayuhan, sepeda beserta orang yang menaikinya oleng dan jatuh ke tanah.

Raina menyusul dengan nafas berat. Masih permulaan, tapi sudah harus berkeringat seperti ini.

"Elah mbak, bawa sepeda aja susah. Gimana mau naik motor."

Jika boleh jujur, Raina menyesal telah mendealkan tawaran Kanaya. Jujur, wajah galak Orion menghantuinya sekarang.

"Ish Raina, namanya juga pemula!"ketus Kanaya. Riana merapihakan debu di pundak Kanaya, lalu membantunya untuk berdiri.

"Yaudah deh mbak, kan ada mas Orion. Kalo kemana-mana bisa antar jemput, gak perlu bersusah latihan gini."

Berharap kalimat sakral ini dapat menghentikan niat Kanaya. Matahari sedang terik-teriknya dan Kanaya menyeretnya ke lapangan. Dimana hati dan perasaan Kanaya terhadap kelangsungan kulit Raina. Tidak tau kah dia bahwa meminta duit ke orangtuanya adalah sesuatu yang sangat susah.

"Enggak Rain, mbak gak mau ngerepotin orang lagi. Mbak bakal kuliah empat tahun ke depan, yakali ngerepotin orang melulu."

Raina mendengus. Lalu kembali mendorong sepeda yang di tunggangi Kanaya.

Percobaan satu gagal.

Percobaan dua gagal.

Percobaan tiga Kanaya sudah berhasil mengayuh sepedanya meski baru beberapa kayuhan. Karna nyatanya sepeda itu oleng lagi.

Percobaan ke empat, jika gagal lagi, Raina akan melambaikan tangan ke kamera. Raina masih mengikut mendorong di belakang, lama-lama ia melepaskan dan membiarkan Kanaya mandiri.

Fell for My LecturerWhere stories live. Discover now