kilas balik : 2

115 35 55
                                    

Kini gue dapat melihat Calum yang sedang mengomel sendiri di depan meja makan karena gue menolak makan apa-apa dan dia memutuskan untuk membuatkan gue roti bakar cokelat keju yang langsung gue setujui.

Seru juga ngerjain Calum.

Tapi sepertinya gue gagal mengerjai Calum karena dia sama sekali gak terlihat kesulitan dengan alat-alat yang ada di depannya. Dia justru mengomel karena gue belum makan sejak pagi dan dia khawatir kalau gue sakit.

Iya, dia memang sepengertian itu.

Sementara dari sini gue hanya mampu menatapnya yang sedang asik memanaskan teflon dan mengolesinya dengan mentega setelah selesai mengolesi beberapa lembar roti dengan mentega kemudian menambahkan meses dan menumpuknya dengan isian keju di tengah.

"Lo pernah ikut master chef, ya?" tanya gue pada Calum yang tampak lihai membalik roti yang sedang dia bakar di atas teflon. Satu tangan gue menahan beban kepala gue di dagu sementara mata gue gak lepas menatap Calum yang mulai mengangkat roti-roti tersebut dan meletakkannya dalam piring.

Calum melirik gue sejenak tanpa menjawab sebelum dia tersenyum tipis saat gue menyunggingkan senyum padanya begitu kedua iris mata kami bertemu.

"Mama kemana?" tanya gue karena gak melihat tanda-tanda seorang Mama sejak gue memutuskan keluar dari kamar.

"Di ruang keluarga, tuh. Makanya jadi anak jangan main di kamar mulu. Bantu-bantu orangtua, kek." omelnya dan gue memutar mata. Gak lama dia selesai dengan roti bakar yang dibuatnya dan meletakkan dua tumpuk roti bakar di hadapan gue,"Nih udah mateng. Buruan habisin."

"Kalau segini sih bisa gumoh gue, Cal." Gue menatap Calum datar lalu bangkit dan berjalan untuk mengambil piring dan dua garpu serta sekaleng susu kental manis dari kulkas.

Gue lalu duduk berhadapan dengan Calum di meja makan dan mengambil satu tumpuk roti sebelum meletakkannya di piring gue sendiri,"Lo juga makan." kata gue memaksa. Pasti Calum belum sempat makan siang sejak dia memutuskan untuk langsung kemari setelah latihan band.

"Gue udah kenyang," alibinya.

"Lo makan, gue juga makan." Ancam gue dan akhirnya Calum pun menghela napas pasrah sebelum meraih salah satu garpu yang gue ambil dari rak piring dan mulai memakannya.

"Kasih kental manis, Cal, biar enak." Gue mengacungkan jempol dan menuangkan susu kental manis pada piring gue sendiri. Calum mengikuti dan gak lama, kami mulai makan dalam hening.

"Wah, lucunya." komentar Mama begitu beliau berjalan menuju ruang makan dan berdiri di ambang pintu sambil menatap gue dan Calum dengan senyum gemas. "Sering-sering begini dong. Mama ngefans sama kisah cinta kalian."

Gue memutar mata sedangkan Calum malah ngakak kenceng banget setelah menelan rotinya. "Mama mau coba gak? Ini Calum yang buat loh!" katanya sebelum berdiri dan menghampiri Mama disertai sepotong roti yang dia sodorkan.

Mama menerimanya lalu mulai melahapnya,"Ih kok enak!" kata Mama gak lama kemudian. Gue harus jujur sih, masakan Calum memang enak. "Kamu kok pinter masak sih? Ajarin Thalissa dong biar bisa bantu-bantu Mama," Mama menatap gue jahil.

"Yeeee" komentar gue nyinyir sebelum lanjut makan dan baik Mama atau Calum sama-sama tertawa.

"Calum sering-sering main kesini ya! Kapan-kapan Mama mau coba masakan kamu lagi," ujar Mama untuk yang terakhir kali sebelum berjalan menuju kamar.

"Siiip" Calum mengacungkan jempol.

Sekarang gue dan Calum sedang berada di ruang keluarga untuk menonton televisi. Gue sempat berpikir sejenak, apa Calum gak ada kesibukan ya? Sampai-sampai dia malah lebih memilih untuk menonton televisi di sini bersama gue meskipun sebenarnya gak ada acara yang seru sehingga Calum hanya mengganti-ganti saluran televisi di depan kami.

Siblingzone • cth [FINISHED]Where stories live. Discover now