sem•bi•lan•be•las

206 41 113
                                        

"Ya gusti, kaget gue!"

Calum cuma cengengesan setelah gue dan Michael menyadari kehadirannya. "Ya abis.. Gue tungguin di depan, ga keluar-keluar sampe sepi. Ya udah gue samper. Kirain lo kabur, anjir, dari gue. Ternyata.. Nongki di sini sama Michael. Mana ga ngajak-ngajak."

"Oh lo cemburu sama dia?" ucap Michael sambil menunjuk gue sedangkan gue langsung memasang ekspresi jijik, dan, entahlah, Calum yang cuma cengengesan.

"Ya udah, gue cabut ya." Michael berdiri kemudian menepuk puncak kepala gue pelan sebelum bro fist dengan Calum dan kabur dari tempat itu.

"Eh, Mike, latihan band gimana?" Calum sempat berteriak namun Michael sudah berlari cukup jauh dan alhasil dia tidak mendapat jawaban.

"Yeee, si anjir." gumam Calum sebelum menatap ke arah gue,"Ya udah, balik yuk?"

Kini, gue mampu melihat seorang Calum menyetir mobilnya sambil bergumam pada lagu Breakeven dari The Script.

What am I supposed to do when the best part of me was always you?

And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're okay?

I'm falling to pieces, yeah

I'm falling to pieces

"What a desperate song, huh?" ucap gue pelan setelah lagu selesai dan Calum berhenti menyanyi. Gue kira suara gue tidak cukup keras sehingga Calum tidak akan mendengarnya. Namun ternyata gue salah, karena beberapa detik kemudian, gue mampu mendengar Calum terkekeh kecil dengan sorot matanya yang masih menatap pada jalanan.

"That's just the way I love someone." ucapnya pelan.

Gue menolehkan kepala untuk menatapnya dan menemukan secercah luka di matanya.

Oke ini alay, tapi serius.

He really meant it when he said it.

"You need to change the way you love someone, then." ucap gue,"Lo tau... Suka sama seseorang itu wajar. But if you desperate for them, that would hurt you a lot."

"Hm..." Calum hanya menggumam sebagai balasan tanpa membiarkan gue tau apa isi kepalanya.

Dear Calum, andai gue tau isi kepala lo.

Sedikit aja.

Please.

Kepo):

Tapi apalah daya, karena Calum masih belum mau juga bercerita soal hubungan percintaannya atau minimal soal keluarganya ke gue. Memang dia jadi sedikit terbuka, tapi dia gak pernah mau menceritakannya secara runtut.

Mungkin dia cuma gak mau mengingat-ingatnya lagi, selalu itu yang ada di pikiran gue.

Dan gue, sebagai teman sekaligus Adek-Kalau dia anggep gue adek, sebaiknya mencoba memahami dia aja.

"Lo kepo gak sih kita itu apaan?"

"Hah?" Calum tiba-tiba tanya out of the blue dan cuma "hah" yang bisa jadi respon gue karena, serius, deh,

Lo pernah gak sih tiba-tiba ditanyain status sama seseorang yang bukan gebetan lo, bukan doi lo, bukan admirer lo?

Calum cuma ketawa, tapi dia gak melanjutkan kalimatnya.

"Gue.. Mau mampir sebentar ke kampus. Boleh kan?"

"Boleh kok." jawab gue seadanya. Sebenarnya gue pengen tanya maksud dia apaan tiba-tiba ngomong gitu, tapi ternyata Calum buru-buru ngomong lagi,

Siblingzone • cth [FINISHED]Where stories live. Discover now