5. Gadis Eksentrik Berambut Aneh

Start from the beginning
                                    

Surya tiba-tiba terdiam. Gadis itu memang cantik sekali. Bukan jenis kecantikan berlebihan. Jenis kecantikan yang dimiliki Winka Winata adalah jenis kecantikan yang nggak akan pernah membuat bosan. Dan dia baru sadar, bahwa ia—sedari gadis itu tertangkap indera penglihatannya—nggak bisa memalingkan pandangan. Dan anehnya, ini belum pernah terjadi sejak masa remajaya berlalu.

"Kamu kerja apa?"

"Desainer furnitur." Itu menjelaskan sentuhan seni yang dimiliki gadis itu.

"Mandiri atau bergabung dengan sebuah perusahaan?"

"Dua-duanya." Makanan pembuka mereka datang. Berupa tiram yang dicampur alpukat kemudian disiram dengan minyak zaitun dan sitrus. "Makasih." Winka dengan semangat mencicipi hidangan tersebut, dan tersenyum puas saat merasakan segar dan gurih dari hidangan yang barusan ia cicipi.

"Menarik." Surya menyambung pembicaraan mereka. "Kebetulan saya sedang mencari perabotan yang pas untuk mendesain ulang kantor saya."

"Kamu bisa datang ke Osware." Winka menjelaskan saat mendapati tatapan bertanya dari lawan bicaranya. "Tempat kerja saya."

"Oke." Mereka terdiam hingga hidangan pembuka itu habis. Lalu begitu saja hingga hidangan penutup. Surya lebih banyak bertanya sepanjang pertemuan itu, sedangkan Winka lebih memilih sebagai pihak pasif yang merespon.

Gadis itu tiba-tiba saja mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan pada Surya."Kamu diam, jangan bergerak!" Winka mengarahkan kameranya, lantas mengambil potret pria itu. "Oke. Makasih."

"Kamu ngapaian?" Surya terheran-heran.

"Kirim foto kamu ke Papa," jawab gadis itu sembari mengirim pesan ke ayahnya.

Winka : *send a photo

: Sudah ketemu Surya. Tugas selesai.

Winka menyimpan ponselnya kembali setelah melihat dua tanda centang biru dari pesan yang ia kirim. Sekarang, hanya tinggal mencari alasan yang nggak terlalu mengada-ada supaya dia bisa cepat pergi dari tempat ini.

Surya Wibisana memang seganteng potretnya dalam foto, tapi Winka nggak tertarik. Pria itu seflamboyan tebakannya. Belum apa-apa saja dia sudah dirayu. Duh! Jujur saja, pria seperti Surya ini sama sekali bukan tipenya.

Winka mengitarkan pandangannya kesekeliling ruangan yang terletak di lantai dua ini. restoran Mbak Dea memang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah adalah tempat makan biasa dan juga dapur, sedangkan lantai dua berisi ruang eksklusif yang biasanya dipesan untuk jamuan makan atau acara-cara penting, serta kantor karyawan.

Winka lumayan kebingungan ketika sama sekali nggak mendapatkan pecerahan. Namun, agaknya, Tuhan ini memang benar-benar baik. Saat sedang kebingungan, tahu-tahu bantuan itu datang dalam bentuk Galih Mahendra—yang Winka tebak sedang berjalan menuju kantor Mbak Dea.

Winka tanpa pikir panjang buru-buru memanggil pria itu. "Pak Gal!"

#

Galih menoleh begitu mendengar suara yang amat familiar memanggil namanya. Pria itu mendapati Winka yang sedang melambai ke arahnya sembari tersenum lebar. Galih mengernyit, lebih-lebih saat menyadari kalau gadis itu ternyata nggak sedang duduk sendirian.

Lambaian Winka semakin kuat. Isyarat agar dia cepat mendekat. Galih menghela nafas pelan, berdecak, sebelum mendekati gadis itu. Apa pun yang sedang Winka lakukan saat ini sama sekali bukan urusan Galih. Jadi, ketika dia mencium bau-bau penuh konsporasi, pria itu buru-buru memutar otak agar dapat menghindar dari rencana gadis tersebut.

Galih tersenyum sopan kepada pria yang duduk satu meja dengan Winka. Galih mengamati sebentar sebelum menyadari siapa pria tersebut.

"Surya Wibisana?"

Win-Ka-WinWhere stories live. Discover now