28. Tidak Sadar

9.3K 1.5K 117
                                    


Gimana nih, berhasil war tiked Coldplay? Tim yang cuman hafal fix you nggak berani maju berperang karena sudah sadar bakal kepental duluan (maksudnya duitnya kgk ada) :V


28. Tidak Sadar

"Bang Sat!" Winka memukul punggung Satriya sepenuh hati. Pria itu mengaduh kemudian melototi gadis itu.

"Lo makin hari, makin-makin, ya!" Satriya berkata ketus.

"Ya Allah, Bang Sat, kangen banget gue sama lo."

"Makanya jangan pacaran terus!"

Winka mendudukkan tubuhnya di sebelah Satriya. "Orang sirik mukanya burik."

"Yeee!!!" Satriya menyenggol lengan Winka sedikit kuat hingga gadis itu terhuyung ke depan.

"Duh." Winka mengeluh kepada pria itu. "Nggak sadar kalau badannya kayak babon."

"Nggak ngaca pacarnya siapa?"

Winka tersenyum malu-malu. Badan Galih memang sama besarnya dengan Satriya, meskipun pria itu mengaku kalau tidak terlalu sering latihan di gym.

"Kata Tante Lita, Adrian masuk rumah sakit?"

"Iya." Winka menyilangkan kedua kakinya ke atas kursi. "Gelut sama Juna."

"Juna siapa?" tanya Satrinya.

"Anak tiri Bram Winata." Winka menjangkau botol air mineral di atas meja. "Bapak gue ada-ada aja kalau punya anak."

"Mereka gelut gara-gara rebutan warisan?" Satriya penasaran.

"Bapak gue belum mati, ngapain rebutan warisan?" sinis Winka.

"Tapi, bapak lo masuk penjara. Terus usahanya siapa yang mau nerusin?"

"Nggak tahu deh. Baru gue pikirin."

"Bukannya kakak tiri lo yang selama ini bantu-bantu Om Bram?" Mbak Dea yang sedari tadi menyimak buka suara.

"Keluarga bokap gue kayak sinetron deh, Mbak. Bikin mumet." Winka menenggak habis air mineral kemasan 330 mili tersebut.

"Beneran rebutan warisan?" Satriya berseru heboh. "Terus lo dapat apaan dong?"

"Dapat hikmahnya," dengkus Winka.

"Win, lo benar-benar tajir melintir, ya?"

"Kenapa lo? Mendadak naksir?" seloroh Mbak Dea.

Satriya mengangguk dengan polosnya. "Kalau lo udah nggak betah sama Galih, gue siap menampung."

"Dih, kayak lo bakal betah aja sama gue." Winka sangsi.

"Win," Satriya berkata dengan sungguh-sungguh. "Asal lo kaya raya gue bakal betah."

"Matre."

"Harus. Gue memikirkan masa depan dan masa tua."

"Sayangnya gue nggak doyan bekasan orang, Bang Sat."

"Yang bersegel kalah pengalaman."

"Yang suka nyicip sana-sini nggak ada tantangannya. Lagian lo udah kebanyakan penyakit."

"Gue aman kok."

"Aduh! Brengsek banget emang fuck boy ini." Mbak Dea menonyor kepala Satriya kuat-kuat. Satriya manyun, tetapi tidak bisa membalas kekerasan yang dilakukan saudaranya. "Pacar saudara sendiri mau diembat," kata Mbak Dea pedas.

"Pak Gal lama amat." Winka mengecek jam dari ponselnya.

"Macet 'kan, jam segini." Mbak Dea kemudian bertanya. "Sebenarnya bokap sama saudara tiri lo itu kenapa?"

Win-Ka-WinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang