19. 2 Terkuaknya Misteri Mahasiswi Yang Buat Gagal Move On - Part 2

16.1K 3.3K 220
                                    

.
.
.
.
.

"Jadi?"

Galih mengeluarkan mobilnya dari parkiran.

"Namanya Renata. Dia mahasiswi yang dulu aku bimbing." Mobil itu dilajukan dengan kecepatan sedang. "Kalau boleh jujur, Renata itu cantik."

Winka masih anteng menyimak. Mata gadis itu mengamati Galih yang memandang lurus kearah jalanan. Pria itu berusaha memilih kata-kata yang tepat.

"Selain cantik, dia juga menonjol secara akademik. Terlebih Renata pertemanannya dengan Dito." Galih menatap Winka. "Yang tadi jemput Caca," terangnya, lalu kembali fokus pada kemudi. "Dito pernah jadi ketua HMJ, selain Dito, dia juga berteman dengan Bimo yang merupakan presiden mahasiswa kampus. Mereka seperti tiga serangkai yang ke mana-mana selalu bersama. Sebab itu Renata menjadi sangat mudah dikenali."

Galih menghentikan mobilnya di lampu merah. "Renata mengambil kelasku di semester tiga. Awalnya kupikir dia hanya cantik saja, tapi setelah beberapa kali kami berdiskusi, ternyata dia mempunyai alur berpikir dan argumen yang cerdas. Sejak saat itu dia mulai mengambil alih atensiku."

Winka tersenyum. "Tipemu banget ya, Pak Gal?"

Galih mengangguk. "Dia unik dengan caranya sendiri. Apalagi ketika aku tahu kalau dia mengasuh Caca sejak kakaknya meninggal."

"Maksudnya?" Winka agak sedikit lambat mencerna.

"Caca itu anak kakaknya." Lampu hijau menyala. Galih kembali melajukan mobilnya. "Setelah kakaknya meninggal, Renata mengambil alih kepengasuhan Caca."

"Kan masih ada bapaknya?"

"Prof. Dharma terlalu sibuk di rumah sakit. Mungkin dari dua puluh empat jam waktunya, dia habiskan lebih dari setengahnya untuk bekerja, terlebih dia juga aktif mengajar di kampus."

"Terus?"

Galih mengernyit, "Kamu penasaran?"

"Jelas." Mata gadis itu melebar penuh semangat. "Selama ini masih menjadi misteri siapa mahasiswi yang bikin kamu gagal move on. Kalau akhirnya aku bisa mendapatkan informasi dari sumber terverifikasi, nggak boleh ada satupun fakta yang terlewat." Galih melongo. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Winka. Alih-alih unik, kali ini Galih lebih yakin untuk menjuluki Winka aneh. "Setelah Prof. Dharma?" kejar gadis itu.

Galih menggelengkan kepalanya pasrah. Dia nyaris lupa kalau gadis yang ia pacari adalah Winka Winata, si absurd yang tidak terprediksi.

"Saat membimbing Renata akhirnya aku punya kesempatan untuk mendekatinya. Kupikir semuanya bakalan lancar, tapi gadis itu sungguh tidak mudah didekati. Setiap aku kejar, Renata menghindar, seolah-olah dia memang tidak pernah tertarik denganku. Setelah aku coba untuk mengejarnya secara terang-teragan, dia justru mengaku kalau menaruh hati pada Prof. Dharma.

Itu gila'kan? Aku bahkan tidak bisa menarik premis logis dari pengakuan Renata. Meskipun dia mengasuh Caca, tapi Prof. Dharma itu mantan suami mendiang kakaknya. Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada pria yang pernah menikahi kakaknya? Lebih-lebih jarak usia mereka begitu jauh."

"Well, kita juga." Winka menyela. "Kita dibesarkan sebagai sepupu, lalu saling jatuh cinta, dan jarak usia kita juga jauh sekali." Galih melirik Winka, gadis itu nyengir tanpa dosa. "Perasaan Renata tidak salah, karena dia memilikinya diwaktu yang tepat. Terkecuali kalau dia naksir Prof. Dharma saat kakaknya masih hidup. Itu baru yang namanya bencana."

"Yah, kamu benar. Hanya saja saat itu aku masih denial. Saat itu aku serius naksir Renata, dan kupikir sudah saatnya untuk mulai memikirkan hubungan yang lebih setabil. Tapi, Renata tetap tidak mengubah perasaannya. Pada akhirnya aku kalah ketika dia memutuskan untuk menikahi Prof. Dharma. Dan aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Caca tidak bisa jauh dari Renata dan gadis itu juga tidak bisa meninggalkan Caca."

Win-Ka-WinWhere stories live. Discover now