Selamat malam angin yang bersemilir layu.
Getir mana lagi yang kau bawa ke dalam sukmaku.
Apakah rentetan kenangan darinya tidak cukup membuatmu puas atas penghakimanmu terhadapku.Janganlah kau timpa berganti-ganti hukuman yang tak seharusnya aku terima ini.
Bukankah dia yang lebih dahulu mencampakkan, tapi kenapa malah aku yang menerima karma.Ini tidak benar, ada yang salah dalam penghakiman ini.
Bukankah dia yang bersalah, bukankah dia yang terlebih dahulu menjeratku ke dalam pengharapan, seharusnya dia yang kau tikam dengan belati tajammu bukan aku.Dia biasa-biasa saja, raganya baik, hatinya tak tergores sedikitpun, malah aku yang berdarah.
Rasanya tidak adil bila madu yang ku beri ia balas dengan empedu.
Lalu kau datang dengan menyalahkanku.
Lebih baik kau bunuh saja aku, bukankah belatimu telah tertancap di tengah-tengah dadaku, cukup kau hujam dengan sekali hentakan semua tentang nya akan binasa bersama nyawaku..04 mei 2020
YOU ARE READING
Tulisan Tangan
PoetrySemoga Kalian Bisa Merasakan Eksitensi dari Tulisan Ini : Ternyamankan Ataupun Merasa Semakin Terpatahkan, Itu saya Kembalikan Lagi Ke Pada Kalian Para Pembaca. Terima Kasih