Kurang Beribadah

80 14 7
                                    

Pernah dengar statement yang menyatakan kalau kita mengalami anxiety maka menjadi pertanda bahwa kita kurang beribadah? Gue kepikiran bahas ini setelah baca curhatan orang lain. Dan ternyata, psikiater masih menjadi hal 'tabu' di Indonesia.

Statement ini kerap kali kita dengar dari orang tua, teman, serta guru, yang bahkan tidak tahu dengan betul jenis anxiety apa yang kita rasakan. Mereka hanya tahu, kita kurang ibadah. That's all.

Jauh dari Tuhan, tidak banyak berdoa, tidak kuat iman, sering sekali disangkut pautkan dengan kecemasan yang kita punya. Awalnya gue sedikit paham kenapa mereka menganggap seseorang yang mengalami gangguan kecemasan berarti kurang ibadah.

Karena pada hakekatnya, beribadah menghadirkan ketenangan. Kita punya masalah, beribadah. Kita punya keinginan, beribadah. Kita pengen curhat sama Tuhan, beribadah. Itu memang benar adanya. Sebagai seseorang yang tentunya beragama, segala-galanya pasti kembali pada Tuhan. Kenapa? Karena agama merupakan keyakinan.

Tapi kembali lagi kepada orang yang mengalami gangguan kecemasan. Apa mereka tidak melakukan shalat? Apa mereka tidak pergi ke gereja? Apa mereka tidak melakukan mesodan dipagi hari? Apa mereka tidak melakukan puja bakti?

Mereka melakukan dan mereka mendalami agama mereka sendiri. Tapi jika mereka tetap mengalami gangguan kecemasan, maka siapa yang dapat disalahkan? Stigma buruk dari orang lain, kah? Atau cara kita beribadah? Memangnya orang lain betul-betul tahu tingkat keseriusan kita dalam beribadah?

Apakah orang yang mengalami gangguan kecemasan adalah orang yang tidak dekat dengan Tuhan?

Apakah semua orang yang diberi musibah itu pertanda tidak pernah berdoa?

Apakah demam adalah ciri khas orang tidak pernah beribadah?

Terkadang kita harus tahu betul apa yang orang lain alami sebelum membuat statement macam-macam. Jangan sampai karena asal bicara kamu jadi merugikan orang lain.

Mungkin kamu berpikir dengan kamu mengatakan, 'Lo kurang ibadah aja kali, makanya lo berdoa, deketin Tuhan' mereka akan merasa terbantu. Tapi nyatanya tidak, kamu akan semakin membuatnya cemas.

Kita harus cari faktor-faktor lain dari gangguan kecemasan ini. Karena nyatanya anxiety tercipta dari lingkungannya sendiri.

Persaingan akademik, sentakan orang tua, tuntutan pekerjaan, letih mengasuh anak (yang biasanya dirasakan ibu baru melahirkan), bahkan sampai kondisi renggangnya hubungan antar keluarga. Maka tidak bisa kita menyangkut pautkan gangguan kecemasan dengan satu faktor, kurang ibadah, yang nyatanya dunia pun memiliki orang kurang beribadah tapi tidak mengalami gangguan kecemasan. Who knows?

Kita tidak dapat mengukur tingkat keimanan seseorang. Karena kita tidak dapat mengukur tingkat keimanan diri kita sendiri. Kesimpulannya, jangan sok tahu. Tidak ada alat tolak ukur yang mampu mengukur keimanan seseorang. Kamu saja tidak tahu apakah kamu pantas dan layak masuk ke dalam kategori orang beriman, maka bagaimana bisa kamu mengatakan gangguan kecemasan seseorang berarti orang tersebut tidak banyak ibadah, tidak dekat dengan Tuhan, tidak berdoa, tidak punya iman?

•••

Maap kalau terlalu emosional, habisnya aku benar-benar kezal. Kalian kalau tidak setuju bisa komentar. Aku akan sangat menghargai, dan menanggapi dengan baik.

Aku tidak sama sekali mengklaim apa yang aku tulis benar. Karena pada dasarnya, segmen remaja itu kumpulan opini. So, berbeda pendapat adalah hal indah.

Segmen Remajaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें