Bullying

150 24 6
                                    

Campaign bullying ini udah banyak yang menyuarakan. Kayaknya sepertiga dari isi bumi juga aktif banget sama gerakan anti bullying. Gue lebih tertarik sama komunitas yang gencar membagikan tips pencegahan bullying dibandingkan dengan komunitas yang gencar membagikan tips penanganan bullying.

Tapi keduanya sama penting. Kalau pencegahannya tidak berhasil, penanganan harus bekerja dua kali lebih keras. Gak akan ada penanganan kalau pencegahannya sempurna. Kendalanya saat ini adalah, bagaimana cara kita mencegah bullying itu terjadi?

Apalagi kalau ruang lingkupnya sekolah, bayangkan berapa banyak sekolah yang harus dievaluasi satu persatu demi pencegahan ini. Kalau gue jadi orang yang bertanggung jawab atas penyuaraan bullying, gue tidak akan menghabiskan waktu untuk memeriksa setiap sudut ruangan yang ada di sekolah.

Kenapa? Kesadaran itu datangnya dari hati. Mau dicegah sebaik apapun, kalau minim kesadaran, ya susah. Kebanyakan remaja sekarang itu tak acuh sama bullying. Anggapan mereka cuma membuat lawannya 'jera'. Setelah itu selesai. Toh, dendamnya tersampaikan. Perihal mau dihukum atau tidak ya gak jadi masalah

Banyak juga yang menganggap bullying sebagai bahan bercandaan. Gue agak serem sih dengernya. Perlakuan seburuk itu dianggap bercandaan, kayaknya udah hina banget. Gue benar-benar tidak bisa membayangkan jika orang yang kena bullying ini dengar bahwa perlakuan buruk terhadapnya itu 'bercanda' dan cuma 'iseng'.

Kenapa gue sangat ambisius bahas hal ini? Yang pertama, banyak banget korban bullying yang berujung selfharm. Tidak semua, sih, tapi ada aja. Yang kedua, dampak bullying itu parah banget. Orang bisa kena mental illness hanya karena perlakuan yang terdengar sepele bagi si pembully. Yang ketiga, sampai saat ini gue menyesal karena takut speak up terhadap apa yang gue lihat waktu itu.

Iya, gue pernah menjadi saksi pembullyan. Rasa menyesal itu kerasa sampai sekarang.  Gue sama sekali gak berani untuk bilang ke siapapun. Padahal posisi gue saat itu aman. Dalam artian, gak ada ancaman sama sekali yang mengharuskan gue untuk bungkam.

Tapi gue tetep takut. Gue ngerasa kalau ikut campur bukan hanya dia yang kena, tapi gue juga. Padahal kalau dicermati, saksi pembullyan itu berperan penting. Apalagi kalau saksinya pintar, maksudnya, mendokumentasikan dan menjadikan setiap insiden tersebut sebagai bukti. Bukan kayak gue, cuma sekadar diam dan lari. 

Lucu kan.

Gue berharap sih, dunia damai. Aman. Tentram. Setidaknya gak ada yang orang yang masih menyakiti sesama manusia. Gue harap semakin banyak orang yang menyebarluaskan pencegahan bullying. Itu langkah awal, sih. Merangsang kesadaran remaja juga termasuk kedalam pencegahan bullying. Kalau sudah dicegah masih monoton, apa boleh buat.

Mari melakukan penanganan.

Mulai sekarang, bantu siapapun yang berada dalam posisi bullying. Mulailah dari hal yang paling terkecil, dan terdekat dari kalian.

___

maaf ngaco huhu.

Segmen RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang