Kelas Online

89 14 8
                                    

Pandemi covid-19 virus sars-cov2 sudah marak sejak dua minggu yang lalu. Gue sebenarnya ingin membicarakan kelas online ini dari minggu lalu. Tapi entah kenapa gue merasa harus lebih banyak observasi lagi.

Maka apa yang gue tulis di bab kelas online akan menjadi hasil observasi gue selama tiga minggu.

Kurang lebih, sudah tiga minggu gue berkutat dengan ponsel dan laptop untuk menyelesaikan tugas-tugas online. Awalnya, gue sebal karena ternyata tidak teratur. Tugas yang seharusnya diberikan hari rabu, sudah tertumpuk dari hari senin.

Tapi gue pengen memihak kedua belah pihak antara pelajar dan pengajar. Yang pertama yang akan gue bahas adalah pelajar.

Of course, gue pelajar yang belajar setiap hari. Tapi pandemi covid-19 mengharuskan kita untuk work form home, belajar dari rumah, bahkan sampai beribadah dari rumah. It means, menjauhi keramaian dan berusaha sebaik mungkin untuk menerapkan aturan jaga jarak.

Pelajar.

Gue senang karena kita tidak perlu bangun terlalu pagi untuk mandi dan sarapan. Sebab absensi bisa dilakukan dari sekitar jam 7 sampai 10 pagi. Gue juga senang akhirnya punya waktu untuk mengurus buku-buku gue yang pengen gue selesaikan dari tahun lalu. Gue senang bisa ngerjain tugas sambil tiduran, dan sambil makan. Bahkan sambil menonton film.

Tapi gue cukup kecewa juga sama sistem kelas online ini. Secara, setiap guru punya metodenya masing-masing. Dan minimal gue harus punya aplikasi A, B, C, D untuk setiap guru. Gue sebenarnya agak mikir juga, kenapa gak pakai satu aplikasi aja supaya kita gak bingung dan harus bulak-balik home layar ponsel.

Selain itu, tugas yang seharusnya diberikan hari Rabu, sudah tertampung sejak hari Selasa bahkan sejak hari Senin. Jadi gue harus ngebut ngerjainnya supaya merasa sedikit lebih lega. Padahal, tenggat waktunya masih cukup panjang.

Itu sih yang gue sayangkan, terus karena sistem ini banyak banget yang ngegampangin. Merasa tidak harus mengerjakan tugas dan fine-fine aja kalau tiba-tiba gurunya nanya.

Ini gak baik sama sekali.

Kendala selanjutnya, meng-upload tugas tersebut. Bermacam-macam aplikasi, bermacam-macam pula cara pemakaiannya. Kadang hanya beberapa siswa yang dapat mengunggah tugasnya. Atau, banyak yang tidak bisa mengirim melalui email. Kita harus nunggu tanggapan dari gurunya supaya tidak salah jalan.

Dan yang terakhir, gue kangen temen!

Pengajar.

Sebelumnya gue pengen berterimakasih sama guru yang tidak lepas tangan. Banyak guru dari sekolah gue yang melakukan segala cara untuk menyampaikan materi. Meski mostly kita harus lihat video YouTube. Tapi belakangan ini gue kagum sama guru bahasa Indonesia. Guru tersebut menyempatkan live streaming di Instagram untuk menyampaikan materi. Tidak ada kendala, paling hanya sekali atau dua kali terjeda.

Selebihnya, penyampaiannya sama persis dengan cara beliau mengajar kita di kelas. Di live itu guru gue juga mengajak kita berinteraksi dengan sedikit lelucon-lelucon. Nah selain itu, gue jujur bersyukur banget karena kalau sudah lewat waktu pengumpulan, ada satu-dua guru yang memberikan waktu lebih atas tugas mereka.

Wali kelas gue juga mengalah pada tugas-tugas yang lain. Beliau menyuruh kita untuk menyelesaikan tugas  mata pelajaran lain terlebih dahulu. Tapi selebihnya gue masih kurang suka karena kita susah berkomunikasi.

Gue mengerti guru memiliki pekerjaan yang tidak hanya mengurus kita doang. Tapi selama ini kita kesulitan berkomunikasi karena mungkin yang mengirim pesan pada guru-guru juga tidak sedikit.

Kadang gue harus berusaha ngerti arti ini itu sendiri dibandingkan dengan bertanya.  Karena memang saat ini bertanya bukan jalur yang efektif. Kita semua lagi kebingungan dan harus mengurus diri masing-masing.

Beruntunglah kita masih diberi kesempatan untuk belajar melalui kelas online meski banyak kendalanya.

Gue harap kita berusaha sebaik mungkin dan tidak menganggap remeh pandemi ini. Tetap sehat semuanya!💜

Segmen RemajaWhere stories live. Discover now