Bunuh Diri

121 18 10
                                    

Pembahasan yang berat, karena gue sedang mencoba untuk tidak berpihak dengan siapapun dipembahasan kali ini.

Bunuh diri itu tidak benar. Siapa yang membenarkan hal tersebut. Gue sangat amat paham bahwa keresahan akan kehidupan, hanya milik kita masing-masing. Semua orang punya ceritanya sendiri. Tidak ada kalimat lebih mending yang membanding-bandingkan nasibmu dengan orang lain.

Jangan pernah berpikir bahwa hanya hidupmu yang penuh dengan jalan berbatu. Sekali saja kamu berpikir seperti itu, kamu akan terus menerus merasakan ketidakadilan di dunia yang bahkan sebenarnya masih banyak yang lebih kejam. Kamu tidak akan terbiasa dengan hal ini. Kamu akan menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi.

Padahal, tidak semua hal buruk yang terjadi itu karena ulahmu. Memang sudah jalannya saja. Seperti memecahkan gelas. Mau kamu berusaha sebaik apapun untuk menjaga gelas itu agar tidak pecah, gelas tersebut akan tetap pecah jika takdirnya sudah begitu, jika takdir sudah memosisikanmu sebagai pelaku dari pecahnya gelas tersebut.

Lantas, kamu akan apa?

Tidak ada hidup yang seringan kapas. Tidak ada hidup yang terlampau mudah sampai kamu dibuat iri karenanya. Tidak ada yang menyebut hidupmu berantakan. Sekalipun terlihat begitu, kamu tidak pernah berantakan. Hal buruk yang terjadi pada dirimu, bukan sesuatu hal yang tabu. Bukan hal yang dapat membuat karirmu atau kehidupanmu berhenti detik itu juga.

Kecuali, jika kamu menyerah, dan memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Berakhir sudah. Kamu akan menjadi seseorang yang lari dengan beribu penyesalan.

Tidak seharusnya kamu selalu menceritakan apa yang terjadi dalam hidup kamu ke orang lain. Tapi, tidak ada salahnya sesekali mencoba jika kamu benar-benar merasa tertekan. Kunjungilah psikiater karena tujuan yang baik.

•••

Sekarang, saatnya mengerti mereka.

Kalau kalian bertanya kenapa gue bisa membahas hal yang sangat berat ini dan mempublikasikannya di media tulis menulis? Karena gue sempat punya perasaan seperti ini.

Tahun 2019, bukan sepenuhnya tahun yang menyenangkan. Ada hal-hal yang membuat gue patah semangat, terutama tentang kesehatan. Gue tidak bisa cerita karena privasi, tapi yang jelas, gue bisa tahu bagaimana perasaan seseorang ketika sudah menyerah.

Semua kalimat baik yang dilontarkan oleh rekan kerja, rekan sekolah, kolega, guru, bahkan keluarga-pun, tidak berarti apa-apa ketika kamu sudah letih.

Kamu akan terus merasa sendiri, seolah tidak ada yang dapat membantumu. Sebenarnya bukan tidak ada, tapi kamu tidak sadar. Tapi, gue sangat amat mengerti kenapa kita berpikir tidak ada yang dapat membantu kita ketika kita kesulitan.

Gue tahu betul bagaimana perasaan seseorang yang diledeki 'berlebihan' ketika dia berusaha untuk mengekspresikan kegelisahannya.

Tidak ada orang depresi yang bisa dianggap berlebihan. Semua itu bukan disengaja. Siapa yang mau memiliki banyak pikiran dan meresahkan segala aspek dalam kehidupan? Tidak ada.

Dari hal ini gue suka kesal kalau dengar orang berbicara bahwa hal yang dialami si A masih biasa saja dan si A terlalu melebih-lebihkan masalahnya. Terlalu diambil ribet, terlalu dibawa serius, dan terlalu dipentingkan.

Buat kamu yang seperti itu, kamu kejam.

Tidak semua yang menurut kamu ringan akan sama jika dialami orang lain. Kemampuan orang untuk menerima hal-hal mengejutkan dalam hidupnya itu berbeda. Maka kamu salah jika menyamaratakan masalah orang lain dengan masalahmu. Semua punya hitungan dan rumusnya masing-masing.

Maka, rangkul lah mereka. Tidak ada yang salah dengan membantu. Kamu akan menjadi orang yang bersyukur karena telah mengetahui bahwa tindakanmu menolong mereka itu tepat.

Malam, jangan lupa makan, besoknya olahraga biar sehat.

Segmen RemajaWhere stories live. Discover now