Epilogue

8.7K 276 9
                                    

"TAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Lelaki yang sejak tadi namanya dipanggil itu terus menutup matanya sambil merapalkan doa, tangan kanannya tak kunjung melepas ikatan jemari diantara mereka, dan tangan kirinya yang terus mengelus puncak kepala wanita dihadapannya.

"AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!"

"Alhamdulillah," Lelaki tersebut mulai membuka matanya dengan jantung yang semakin berdegup kencang dari sebelumnya. Yang ia lihat pertama kali ialah wajah wanita yang terlihat amat letih dihadapannya kali ini, lalu pada perempuan berpakaian resmi berwarna putih yang tersenyum penuh makna lalu berjalan pergi untuk membersihkan tubuh mutiara berharga kedua pasangan tersebut.

"Kamu berhasil, kamu berhasil, sayang."

"Tapi Ta, aku ... AAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!"

***

"Ma, Azka main dulu ya," ucap anak laki-laki yang tingginya sepinggul wanita dihadapannya dengan mata bersinar memohon.

Wanita dihadapannya tersenyum lalu mengangguk, "Sebelum maghrib pulang ya, sayang."

Seperginya anak yang mengaku bernama Azka itu, wanita yang kini hidup dalam atap kokoh bersama suami tercintanya menggendong bayi dalam pangkuannya menuju kamar, untuk ia tidurkan.

Disana, sudah ada suaminya yang juga sedang menggendong dengan penuh kasih sayang bayi dalam rengkuhannya. Keduanya tersenyum satu sama lain saat pandangan mereka bertemu, lalu mengangguk pelan.

"Mereka lucu ya," kata Kenta saat Sheena sudah menutup rapat-rapat pintu kamar bayi tercintanya.

Sheena tersenyum, "Iyalah, siapa dulu mamanya."

"Papanya, dong."

"Mamanya lah, kan lahir dari rahim mamanya."

"Kan ada karena bantuan papanya."

"Aku pokoknya," kata Sheena ngga mau mengalah, meninggalkan Kenta dengan berjalan ke dapur untuk menyelesaikan masakan untuk makan malam.

"Azka kemana?" tanya Kenta yang ternyata mengikutinya sampai ke dapur.

Sheena memutar mata jengkel lalu menjawab dengan malas, "Main sama temennya. Kamu sih, ngga dibeliin aja apa yang dia mau, kan dia jadi main kerumah temennya terus."

"Aku cuma ngga mau anak kita kecanduan, sayang," kata Kenta mengelus pundak Sheena lalu berjalan melewatinya untuk mengambil minum.

"Ya kan aku bakalan awasin dia supaya ngga berlebihan main game nya, daripada dia main dirumah temennya terus kan ngga enak juga, Ta."

"Nanti aku pikirin lagi deh,"

Kenta berjalan masuk keruang keluarga dan kembali menyalakan laptop yang sebelumnya ia matikan untuk menidurkan bayi tercintanya yang baru berusia 8 bulan itu.

Sheena sendiri, setelah selesai memasak makanan untuk makan malam, menyiapkan kue basah buatannya pagi tadi, dan dibawa ke ruang keluarga untuk disajikan pada suaminya.

"Aduh pengertiannya," ledek Kenta, karena sejak tadi Sheena benar-benar sibuk dengan kedua mutiara kecilnya yang sangat rewel.

"Apasih."

***

"Assalamualaikum,"

Ketukan pintu untuk ketiga kalinya itu berhenti ketika wanita paruh baya keluar dari balik pintu. Ia tersenyum senang melihat siapa tamu yang datang.

"Sheena nya ada tante?" tanya Kenta setelah mencium punggung tangan Anna.

Anna mengerutkan keningnya samar, "Loh, bukannya dia jemput kamu ke stasiun ya? Tadi izinnya kayak gitu sih ke tante, bareng sama Bagas."

How Can I Move On?Where stories live. Discover now