Twenty-One

5.7K 274 1
                                    

“Wih, yang bentar lagi ulang tahun. Makan-makan ya, bro.” Ucap Bagas saat bel istirahat berbunyi, tepat setelah guru Biologi yang mengumumkan tanggal ulangan Harian kelas X IPA-2. Tanggal yang sama dengan tanggal ulang tahun Kenta.

“Hahaha kok lo tau aja sih? Stalker ya, lo?” kata Kenta asal sambil memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

Bagas tertawa, “Taulah. Gue kan nyari tau semua info tentang mantan tersayangnya Sheena.”

Kenta tak menjawab lagi ucapan Kenta, melainkan langsung berjalan mengikuti teman-temannya ke kantin. Bagas hanya tersenyum tipis lalu berjalan keluar dari kelas. Bertolak belakang dengan teman-temannya yang menuju kantin, Bagas justru berjalan menuju kelas di sebelahnya. Kemana lagi kalau bukan kelas Sheena.

“APA SIH MAU LO!? LO NGEREBUT TEMEN GUE! LO NGEREBUT KEBAHAGIAAN GUE!” Teriakkan nyaring itu membuat Bagas buru-buru masuk ke dalam kelas Sheena yang ternyata ramai dengan anak-anak perempuan. Ia mencoba membelah kerumunan, menemukan Sheena yang di dorong-dorong ke belakang oleh seorang perempuan yang tak asing dimatanya. Bahkan tak ada satupun teman Sheena yang membantunya.

“Emang gue ngapain? Temen lo itu sodara gue! Apa salah kalo gue deket sama dia? Apa salah kalo gue main sama dia? Lo aneh tau ngga! Dari awal ketemu lo gue ngerasa kalo lo tuh ngga waras!”

Saat sebuah tamparan hampir mendarat di pipi Sheena, Bagas lebih dulu menjambak perempuan yang sedang mengomeli kekasihnya itu, membuat perempuan itu terjengkal ke belakang dan terjatuh.

“SASSIE!” Della datang dan langsung menghampiri Sassie yang meringis kesakitan karena kepala dan bokongnya terasa sangat sakit, “Lo ngapain sih?!”

“GUE BENCI SAMA LO, NA! Gue benci! Lo ngerebut apa yang gue punya! Bahkan cowok yang gue sayang! Lo ngerebut segalanya!” Sassie berlari keluar dari kelas Sheena dengan wajah merah padam, air mata yang mulai membasahi pipinya.

Sheena terduduk dengan lemas dilantai saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Sassie. Ia merebut lelaki yang Sassie sayang? Maksudnya, Bagas? Yaampun, kenapa semua yang ia lakukan selalu terasa salah?

“Na, bangun. Duduk di kursi ya,” Bagas mencoba mengangkat bahu Sheena agar mau duduk di kursi, namun Sheena terlalu lemas untuk bangun dari duduknya. Air matanya mulai mengalir, walau tanpa isak tangis sedikitpun.

“Gas, temenin Sheena ya, kita beli minuman dulu buat dia,” kata Wulan pelan pada Bagas, lalu berjalan keluar dari kelas setelah menyuruh semua murid yang sibuk menggosip didalam kelas untuk keluar.

“Bangun ya, sayang. Ayo, udah jangan dipikirin,” Bagas kembali membujuk Sheena untuk bangun, dan Sheena mau. Ia duduk di kursinya, mengambil tissue didalam tas, lalu mulai membersihkan wajahnya yang basah karena air mata.

“Kamu pernah pacaran sama Sassie?” Tanya Sheena pelan, tanpa menatap mata Bagas sama sekali. Entah kenapa, hatinya sangat sakit saat mendengar ungkapan Sassie tadi. Bahkan menunggu jawaban dari Bagas saja membuat dadanya perih.

“Engga, sama sekali engga pernah. Dulu dia emang pernah nyatain perasaannya ke aku, tapi aku tolak karena aku ngga suka. Aku ngga pernah ngedeketin dia,”

“Aku jahat banget ya kayaknya. Sassie bener, aku ngerebut segalanya dari dia. Aku udah bikin Della lupa sama dia, aku juga udah ngambil kamu dari dia.”

Bagas menangkup wajah Sheena dalam telapak tangannya dan kembali berujar, “Engga, kamu ngga ngambil apapun dari dia. Kamu ngga jahat. Della sodara kamu, wajar kalo dia lebih deket sama kamu daripada sama Sassie. Dan aku, kamu ngga ngerebut aku dari dia. Kan dari awal emang aku ngga ada hubungan apa-apa sama Sassie. Aku kan emang cuma suka sama kamu.”

“Tapi—“

“Ssstt. Stop, ngga usah dipikirin lagi, ya. Dia cuma kesel karena orang yang deket banget sama dia tiba-tiba jadi lebih deket sama orang lain. Dan aku, aku ngga pernah ngedeketin Sassie sedikitpun. Aku ngga pernah ada perasaan sama dia, karena aku cuma sayang sama kamu.”

Sheena menatap lekat-lekat mata Bagas, terlihat ketulusan dari perkataannya itu. Entah dorongan darimana, tiba-tiba Sheena sudah menenggelamkan wajahnya pada dada Bagas. Bagas yang sebelumnya kaget, perlahan-lahan membalas pelukan Sheena sambil mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang.

Sejak detik itu, ia sadar, kalau Bagas memiliki pelukan yang mampu membuatnya tenang. Dan untuk kali ini, ia merasa nyaman dengan posisinya yang berada dalam dekapan Bagas. Ia mulai merasa nyaman dengan sikap manis Bagas setiap harinya padanya. Ia mulai menyayangi Bagas.

“Sas, keluar, Sas. Jangan kayak gini. Keluar, Sas,” Della masih setia berdiri didepan toilet tempat Sassie mengurung diri, sambil mengetuk-ngetukkan tangannya ke pintu toilet.

“Pergi lo. Gue ngga mau ngeliat lo. Gue ngga mau ketemu sama lo. Cukup tau aja ya, Del, gue sama lo. Pergi lo jauh-jauh!”

“Sas jangan kayak gini. Lo temen gue, tetep temen gue dan bakalan selalu jadi temen gue. Please keluar, kita omongin baik-baik.”

“NGGA PERLU! KELUAR!!”

Dengan lemas Della keluar dari toilet wanita, berjalan melewati murid-murid IPA yang melihatnya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Della sendiri. Baru ingin melangkah ke gedung IPS, sebuah tangan lebih dulu menariknya. Della menoleh dengan kaget, menemukan Kenta dengan burger di tangan kirinya.

“Kenapa?” Tanya Della dengan malas. Kenta melihat raut wajah Della yang jauh berbeda dari biasanya, wajah penuh beban.

“Kamu kenapa?”

“Ngga usah sok peduli. Urusin aja makanan kamu, aku mau ke kelas.” Della berusaha melepas genggaman Kenta, namun genggaman itu semakin kuat. “Apaan sih ih.”

“Cerita dulu kenapa.”

Della mengalah, mengajak Kenta untuk duduk disalah satu kursi panjang yang dekat dengan gedung kelas IPS. Kenta duduk disebelah Della sambil terus melanjutkan makan.

“Mau?”

Della menggeleng malas.

“Yaudah ayo cerita.”

“Tadi Sassie ngelabrak Sheena dikelasnya. Aku ngga denger jelas, karena baru dateng pas Sassie jatoh, karena Bagas.”

“Tunggu, ada Bagas disana?”

Della mengangguk, “Iyalah, dia pasti dateng buat ngebantuin pacarnya. Mana mungkin sih dia tega pacarnya diomel-omelin, dikucilin kayak gitu.”

“Oke oke, lanjut tadi ceritanya.” Kata Kenta dengan malas karena ucapan Della terkesan terlalu memuji-muji Bagas.

“Pas aku dateng, Sassie bilang kalo Sheena udah ngerebut aku dari dia, udah ngambil semua yang dia punya, bahkan … cowok yang dia suka.”

“Cowok yang dia suka?”

“Iya, Sassie dari dulu suka sama Bagas. Dia bilang ke aku sih dari kelas tiga SMP. Dulu mereka satu sekolah, tapi ngga pernah nyoba buat deket. Dan Bagasnya juga emang ngga pernah tau Sassie. Waktu perpisahan SMP, Sassie nyatain perasaannya ke Bagas, tapi ternyata Bagas nolak.”

“Loh, ya berarti bukan salah Sheena dong kalo Bagas jadi pacarnya? Kan Bagas juga ngga ngedeketin dia dari awal.”

“Ya kamu ngerti kali kalo cewek lagi marah kayak gimana, pasti jalan pikirannya bertolak belakang sama yang logis.”

“Kayak kamu kemaren gitu?”

“Apaan sih. Udah ah aku mau ke kelas.” Della berjalan meninggalkan Kenta yang sedang membuang sampah. Kenta sendiri ngga ada niatan untuk ngejar Della, untuk apa? Perempuan itu masih marah, pasti susah untuk ngebujuknya. Nanti aja pulang sekolah, coba untuk ngajak pulang bareng.

*****

Thanks for reading! Vomment, please{}

Jum'at, 6 Juni 2014

How Can I Move On?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang