Twenty-Nine

5K 222 1
                                    

HAIHAIHAI!! MAAF GUE BARU BISA UPDATE SEKARANG. SERIUS, GUE COBA BUAT LUANGIN WAKTU, TAPI SUSAH BANGET KARENA BANYAK BUANGET TUGASSSSSSS!!

So, check it out!!

----------------------------

Hari ini Sheena belum dibolehin masuk sekolah sama orang tuanya. Dan Sheena ngga menolak, karena ia juga merasa kalau tubuhnya masih belum stabil. Jadi ia akan menghabiskan waktu seharian ini dengan berbaring dikamar, buka buku pelajaran, nonton tv, makan cemilan yang ada, mengganggu Anna yang memasak makan siang, bolak-balik halaman belakang karena merasa bosan, dan lain sebagainya.

“Daripada kamu ganti-ganti channel ngga jelas kayak gitu mending belajar, Na,” kata Anna yang sedang asyik membaca majalah yang khusus berisi resep-resep kue. Sheena menghentikkan aktivitas jemarinya yang sejak tadi digunakan untuk mengganti channel televisi.

“Aku bingung mau belajar apa. Ngga ngerti juga, ma. Fauzan kapan pulang sih?”

“Jangan adek kamu deh yang dijadiin pelampiasan.”

“Ya ngga, seenggaknya kan kalo ada Fauzan aku jadi ngga kesepian banget gini.”

“Biasanya kamu main laptop atau handphone,”

“Ya mau ngapain juga? Kan temen aku masih pada sekolah, ngga ada yang bisa diajak ngobrol. Ngga pengen main game juga,” keluh Sheena seraya menyandarkan punggungnya ke bantalan sofa, “Ke toko buku yuk, ma?”

“Yaudah, abis jemput Fauzan ya?”

“YES! Yaudah aku belajar dulu. Dadah mamaaaaaaah,” Sheena dengan senang mencium pipi Anna lalu berlari masuk ke kamarnya. Anna yang melihat perubahan mood anaknya dalam hitungan detik hanya tersenyum dan kembali membaca majalah.

Sheena, Anna, dan Fauzan baru saja sampai di mall. Mereka langsung bersama-sama pergi ke toko buku yang terletak di lantai dasar itu. Fauzan dan Anna melihat-lihat ke area buku pelajaran untuk anak kelas 2 SD, sedangkan Sheena dengan nalurinya berjalan-jalan mencari novel yang menurutnya menarik.

“Kenta?”

Yang disebut namanya menoleh, menemukan Sheena dengan dua buah novel ditangannya sedang berjalan mendekatinya. Kenta tersenyum, “Eh, elo. Ngapain disini?”

“Nyari novel aja sih. Numpang baca komik lagi? Tumben, biasanya berduaan sama Diko sampe dikira homo.”

“Iri aja sih hahaha. Diko ngga bisa nemenin, lagian gue bosen banget. Yaudah sendiri aja. Lo sendiri? Sendirian?”

Sheena menggeleng sambil tersenyum, “Ngga, sama nyokap sama Fau—“

“Kak Kenta!” Fauzan menghampiri Kenta dan Sheena dengan membawa tiga buku yang ngga terlalu tebal. Kenta langsung tertawa melihat Fauzan yang sudah lama ngga dilihatnya, karena ternyata anak kelas 2 SD yang biasa ia panggil Unyil itu terlihat jauh lebih gemuk dari sebelumnya.

“Eh unyil, apa kabar?” tanya Kenta dengan semangat, mencubit pipi Fauzan dengan gemas. Sheena hanya bisa tersenyum melihat dua orang yang sudah lama ngga bertemu itu dipertemukan kembali.

“Baik kok, kak Kenta apa kabar? Udah lama ngga main kerumah, ngga pernah Skype-an juga sama kak Sheena. Sekarang yang jadi sering nganterin kak Sheena malah kak Bagas,”

“Kakak baik kok. Kan kita punya urusan masing-masing, nyil. Kak Bagas kan pacarnya kak Sheena, wajar lah kalo sering nganterin kak Sheena,”

“Sering main lagi dong kak, aku udah punya koleksi mobil baru loh,” seru Fauzan dengan senang.

Sheena yang merasa dirinya ngga dibutuhkan kembali melihat-lihat novel yang menurutnya bagus, dan larut dalam urusannya sendiri. Ngga lagi memikirkan Kenta dan Fauzan yang sekarang jadi perhatian banyak orang karena saking asyiknya ngobrol sampai duduk dilantai.

How Can I Move On?Where stories live. Discover now