Thirty-Five

4.7K 242 9
                                    

Setelah mengiyakan ajakkan Farah untuk lari pagi dan sarapan bubur bersama, Sheena pulang kerumah karena sudah merasa benar-benar lelah dan berkeringat.

Baru sampai didepan rumah, ia melihat sebuah mobil sudah berjalan jauh dari rumahnya, mobil yang amat sangat familiar dimata Sheena. Ia pernah melihat mobil itu, sering. Tapi, milik siapa?

"Assalamualaikum," ucap Sheena saat memasuki rumah dan membuat sepatu running-nya. Terlihat mamanya baru keluar dari kamar mandi depan dengan wajah sedih. Ada apa ini?

"Mama kenapa? Sakit?" tanya Sheena menghampiri Anna. Ia menyuruh Anna untuk duduk disofa, dan mencoba untuk menceritakannya pada Sheena.

"Kenta baru aja dateng, dia pamit. Hari ini dia berangkat ke Malang,"

Deg.

Persendian Sheena melemas dalam sekejap. Apa? Berangkat? Hari ini? Dan Kenta tidak memberitahunya? Tidak ada ucapan terakhir? Tak ada salam perpisahan? Ah.

"Ak--aku, ma, aku-- aku mau--"

"Iya mama ngerti. Kita tunggu sampai pak Danang pulang nganterin papa ya, nanti kita ke stasiun. Kata Kenta keretanya berangkat sekitar setengah jam lagi kok, Ena siap-siap dulu aja."

Sheena menggeleng, "Ngga mau, Ena mau ketemu Kenta sekarang. Ena-- Ena mau kesana sekarang ma."

Air mata mulai jatuh membasahi pipi Sheena, tangan dan biubirnya bergetar hebat menahan tangis, namun pada akhirnya, tangis itu pecah.

Anna langsung memeluk putri sulungnya itu sekencang mungkin. Ia takkan tega membiarkan Sheena terus merasa sedih seperti ini. Dan sepertinya, keadaan sedang berpihak pada mereka, karena suara klakson mobil berbunyi saat itu juga.

Itu pak Danang.

Sheena langsung berlari masuk ke dalam mobil tanpa repot-repot mengganti pakaiannya yang sudah basah karena keringat dan hanya memakai sandal jepit.

Anna masuk setelah lima menit mengambil dompet dan mereka pun pergi ke stasiun.

Sheena tak henti-hentinya menangis sambil terus memerhatikan jalan yang terasa begitu lama sampai. Ia teringat pada kejadian-kejadian manis antara dirinya dan Kenta. Kejadian manis yang takkan pernah luput dari memorinya karena memang hanya Kenta lah yang selama ini selalu ada dipikiran Sheena.

Kabar Bagas? Sheena memang menyayangi Bagas, benar-benar menyayangi Bagas. Namun rasa itu takkan mengalahkan rasa sayang Sheena ke Kenta yang jauh lebih lama. Dan satu yang Sheena sadari, hanya Kenta yang mampu menjaga hatinya. Yang mampu membuatnya terus tersenyum selama hampir dua tahun.

Tanpa air mata kesedihan sedikitpun. Hanya ada air mata bahagia.

"Na, aku mau ngasih sesuatu," kata Kenta saat pasangan kekasih itu sampai didepan rumah Sheena. Sheena turun dari motor Kenta dan berdiri menghadap lelaki itu.

"Kamu keseringan ngasih 'sesuatu' tau. Cokelat yang dua hari lalu aja belum aku makan karena baru ngabisin cokelat yang empat hari lalu."

Kenta tersenyum kecil, "Yang ini beda kok."

Ia membuka jaket kulit yang amat sangat sering lelaki itu pakai sampai tak jarang Sheena menyebutnya tukang ojek karena Kenta ngga pernah mau mencuci jaket itu. Barang yang ia ambil dari saku dalam jaketnya langsung ia genggam erat-erat.

Kenta meraih pergelangan tangan Sheena, memberikan barang tersebut dan langsung menutup rapat-rapat tangan Sheena.

"Kenang-kenangan buat kamu. Jangan dipake ya, disimpen aja. Sheena kan ceroboh, nanti hilang. Disimpennya juga yang rapi ya, dibukanya didalem rumah aja."

How Can I Move On?Where stories live. Discover now