Five

7.5K 254 0
                                    

“Sheena? Sayang, bangun dong. Elfa sama Kenta udah nungguin tuh dibawah,” panggil Anna dari balik pintu kamar Sheena. Ternyata sampai sesiang ini –pukul sebelas siang- Sheena masih pulas tertidur dikamarnya yang terkunci.

“Kak Sheena-nya masih belum bangun, tan?” tanya Elfa yang berjalan mendekati Anna. Anna menggeleng, “Tante tau kaset Never Say Never-nya kak Sheena ngga? Aku cuma mau pinjem itu kok.”

“Kalo barang-barang berbau Justin udah pasti di simpen di raknya. Lagipula Sheena ngga biasanya tidur sampai sesiang ini,” kata Anna berjalan mencari kunci cadangan, namun tidak ada. Ia baru ingat, kunci cadangan milik Sheena selalu ia bawa-bawa sendiri.

Kenta yang masih menunggu di ruang tamu mulai menjelajah setiap sudut ruangan yang penuh figura itu dengan matanya. Pemandangan yang berubah sejak beberapa bulan terakhir. Sebelumnya figura itu ditaruh diatas lemari kecil, namun sekarang hampir semua figura ditempel di dinding, hanya hiasan dan beberapa pernak pernik yang Kenta ingat buatan Sheena saat SMP.

Ada banyak figura di ruangan ini, termasuk foto Sheena mulai dari SD sampai SMP. Bahkan ada foto Sheena berdua dengan Kenta yang ia ingat difoto saat surprise party ulang tahun Sheena ke lima belas. Kenta-pun tersenyum.

“Bang, kak Sheena-nya ngga bangun bangun, gimana dong?” Elfa kembali duduk disebelah kakaknya itu. Kenta mengangkat bahu, sibuk dengan foto yang sedang ia perhatikan.

“Tante udah masak, belum? Kan biasanya Sheena bangun tuh kalo nyium bau makanan baru jadi,” kata Kenta santai pada Anna yang keluar dari dapur setelah membuatkan minuman untuk Kenta dan Elfa. Anna mengangguk.

“Tante baru bikin spaghetti. Niatnya buat nanti sore, tapi Fauzan pengen sekarang buat dibawa ekskul,” Anna mengambil sepiring spaghetti yang langsung diambil dari penggorengan. Bahkan Elfa yang masih ada di ruang tamu bisa mencium baunya.

Kenta yang membawa spaghetti itu ke depan kamar Sheena. Benar saja, tak butuh waktu lama untuk Sheena menyadari adanya makanan yang baru matang dengan baunya yang harum. Sheena membuka kunci pintu kamar, dan saat membukanya, wajahnya memerah karena sadar yang membawa makanan lezat itu … Kenta.

“Selamat siang nyonya, makanannya sudah siap. Mau langsung dimakan atau sikat gigi dulu?” Kenta bergaya seperti pelayan kerajaan, dengan Sheena sebagai majikannya. Sheena memukul bahu Kenta, membuat keduanya tertawa.

“Ngapain lo kesini?” tanya Sheena menerima spaghetti yang Kenta bawa dan berjalan menuju ruang makan untuk memakannya. Namun sebelumnya ia minum air mineral sampai dua gelas.

“Tuh Elfa, katanya—“

“KAK SHEENA! Aku mau ngomong bentar deh! Bang, tunggu disini. Awas nguping,” Elfa dengan heboh masuk ke ruang makan dan langsung menarik tangan Sheena yang baru mau menyuap spaghetti-nya. Kenta mendelik acuh lalu mengambil garpu yang akan dipakai Sheena dan dipakainya untuk menyuap spaghetti. Tingkah mereka memang benar-benar seperti dirumah sendiri, karena kedekatan mereka dengan keluarga Sheena.

“Ada apa?” bisik Sheena pada Elfa, mereka sudah berada didalam kamar Sheena. Elfa segera menutup pintu kamar Sheena.

“Aku mau pinjem kaset NSN dong kak. Bang Kenta taunya aku udah bilang ke kakak, padahal belom. Aku cuma pengen bikin Bang Kenta ngga jadi main sama pacarnya itu,”

“Yaampun Elfa, ngga boleh kayak gitu. Kamu tau ngga? Gara-gara Kenta sering ngajak aku ngobrol disekolah, temennya Della ngedatengin aku terus ngomel-ngomel.”

“Terus kakak ladenin? Ih aku ngga suka sama kak Della, apalagi mama bilang kalo mama ngga suka punya menantu yang suka pake baju terbuka gitu. Kak Della kan anak cheers, udah jelas sering pake baju ketat gitu.”

How Can I Move On?Where stories live. Discover now