#27 - Apa sudah terlambat?

293 66 4
                                    

Bahkan orang bodoh pun tahu ini. Bahwa hanya ada kamu bagiku.

-Panah Rasa-

Apa yang paling menyedihkan dan disesali oleh Chandra akhir-akhir ini? Membiarkan kesalahpahaman terus beralut. Ya. Chandra bodoh karena tidak menjelaskan apa yang terjadi. Ia merasa sudah terlambat. Jalur yang ia tempuh makin terasa jauh. Chandra pikir ia sudah menggenggamnya tetapi genggaman itu terlepas karena Chandra tidak memegangnya erat dan ia harus puas melepas bahkan sebelum sempat memiliki. Semuanya telah terlambat. Sepertinya hanya Chandra di sini yang merasa bodoh. Bodoh karena memilih memendam dari pada mengakui. Ia yang pikir bisa menetap ternyata tidak. Chandra membenci dirinya sendiri yang terlalu pengecut. Apa Chandra harus menyerah?

"Lo ke mana aja semingguan ini heh?" Ibam seperti biasa berlatih gitar walau belum juga bisa menghasilkan nada yang pas. Sikap pantang menyerahnya harus diacungi jempol walau beberapa kasus Ibam adalah orang yang mudah pesimis. Contohnya mengerjakan PR.

"Pemusatan latihanlah emangnya apa lagi," jawab Chandra.

"Lo udah ngelewatin banyak hal kalau lo mau tahu," sahut Ibam lagi.

"Salah satunya?"

"Lo kehilangan kesempatan buat jadi cowok nomer satunya Rosie."

Bukan. Itu bukan Ibam yang menjawab. Ibam sudah ingin menjawab tapi sudah keburu diserobot oleh Malik yang baru saja masuk ke dalam kelas setelah aktivitas ngecengin adik kelas selesai.

"Huh?" Chandra tidak mengerti.

"Lo masih inget sama Jayden 'kan?" balas Ibam.

Chandra mengangguk.

"Dia pindah ke sekolah ini. Dan beruntungnya sekelas sama Rosé. Mereka juga keliatan akrab. Beberapa hari ini gue perhatiin mereka selalu berangkat sama pulang bareng. Kayaknya ini saatnya lo buat nyerah," sahut Malik tidak mendukung.

"Apaan sih lo Malika? Nggak. Nggak. Lo nggak boleh nyerah. Apaan tuh nyerah? Mana ada dalam kamus seorang Arjunanya sekolah ada kata nyerah. Iya nggak?" timpal Ibam kontra.

"Tapi bener apa yang dibilang Malik, Bam. Kayaknya gue emang harus nyerah," ucap Chandra lesu.

"Dih. Apaan? Kok gini sih?" Ibam terlihat tidak percaya. Setahunya Chandra adalah pribadi yang pantang bilang capek walau sesulit apa pun jalan yang ditempuh.

"Ya gini. Emangnya lo mau yang kayak gimana? Lagian dia udah ada yang jagain, kehadiran gue udah nggak dibutuhin." Chandra masih terlihat lesu.

Ibam menaruh gitar di atas meja. Lelaki itu lantas menepuk bahu Chandra.

"Beneran mau nyerah?"

Tak lekas menjawab. Chandra hanya menunduk pun hanya untuk menyembunyikan raut lesunya.

"Heh Ibam! Lo bilang kalau lo suka sama Rosie juga 'kan? Kesempatan lo dong kalau Chandra nyerah," ucap Malik memprovokasi.

"Gue sih cuma sebatas kagum aja nggak lebih. Gue juga nyadar diri kok. Orang kayak gue mah nggak pantes bersanding sama bidadari," balas Ibam.

"Gue rasa Rosé udah salah paham sama gue," tutur Chandra yang berhasil membuat Malik dan Ibam menatap ingin tahu.

"Ya gitu. Sharon bilang dia suka gue dan Rosé denger abis itu sikapnya jadi beda. Rosé terkesan ngejauhin gue. Chat gue aja nggak dia bales. Dan karena sibuk latihan gue belum sempet jelasin ke dia," cerita Chandra.

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now