#5 - Mr. Archer

569 131 3
                                    

"Minggu ini kalian ke rumah Ibu kalian ya."

Chandra berhenti mengunyah nasi goreng keasinan buatan ayah. Anak laki-laki itu sudah berusaha mengurangi rasa asin dengan menambah kecap namun bukannya mengurangi asin rasanya justru makin tidak keruan. Chandra menyerah. Ia menaruh kembali sendoknya. Perutnya sudah tak sanggup mencerna nasi goreng tidak keruan itu.

"Lho kenapa?" tanya Chandra setelah meneguk segelas air putih tapi lidahnya masih terasa aneh jadi diambilnya roti tawar di atas meja lantas memakannya tanpa selai.

"Ayah 'kan udah janji mau pergi sama kita," timbrung Farhan-adik Chandra- dengan wajah sedih. "Ayah ada tugas dadakan lagi ya?" tebak anak laki-laki itu kemudian.

Ayah mengangguk dengan rasa bersalah yang tak bisa dihindari. Pekerjaannya memang tak serta merta membuat ayah memiliki waktu yang cukup untuk bisa menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Bahkan saat di hari libur sekali pun.

"Udah cukup jangan di makan lagi. Nasi goreng ayah emang buruk."

Farhan mempertahankan piring nasi goreng yang hendak diambil alih oleh ayah.

"Nanti malam ayah anter kalian ke rumah Ibu kalian," jelas ayah.

"Chandra nggak ikut."

"Kenapa?"

Ayah dan Farhan menatap Chandra dengan wajah ingin tahu.

"Lusa Chandra ada turnamen. Besok Chandra masih harus latihan. Kalau Chandra ke rumah Ibu nanti Chandra kesulitan berangkat ke sekolah. Jarak rumah Ibu ke sekolah kejauhan."

Sejujurnya bukan itu alasan kenapa Chandra tidak ingin menginap di rumah ibu. Ia hanya mengada-ada agar terbebas dari keluarga sang ibu. Chandra hanya merasa tak nyaman berada di sana.

Farhan menatap Chandra meminta bantuan. Anak laki-laki itu juga sepertinya tak menyukai menghabiskan pekan di rumah ibu. Tapi Chandra yang jahil hanya memasang senyum mengejek.

"Ayo biar Ayah anter kalian ke sekolah."

Chandra mengambil tas ranselnya.

"Chandra naik angkutan aja, Yah. Makasih sarapannya."

Tak peduli dengan suara dengusan sang adik. Chandra tetap mengusap rambut Farhan lantas menjulurkan lidah guna meledek.

"Selamat bersenang-senang, boy."
Chandra kembali akan mengacak rambut Farhan namun ditepis. Tawanya pecah.

"Nurut sama Ibu ya, brother."

Farhan berdecak sebal. Jika saja ia mempunyai alasan untuk tidak menginap di rumah ibu. Dasar Abang menyebalkan.

***

"Besok nginep ya gue di rumah lo," ucap Chandra pada temannya yang bernama lengkap Ibrahim Bambang Narajendra tapi lebih suka dipanggil Ibam.

Chandra duduk bersila di kursinya sedangkan Ibam sedang memangku gitar berusaha mencari kunci nada yang pas.

"Tumben?"

"Lagi males nginep di rumah nyokap. Hawanya nggak enak," jawab Chandra.

"Woi penjaga pintu neraka! Entar malem ngepees yuk di rumahnya Bambang!" seru Chandra pada temannya yang sedang menggombali si sekretaris kelas di meja depan.

"Nggak usah ngajak bala lo kampret!" Ibam melotot. Kakinya ia gunakan untuk menendang kursi yang diduduki oleh Chandra.

"Sama Januar juga. Deal?" sahut Malik.

Panah Rasa (BangRosé) | ENDWhere stories live. Discover now